Minggu, 15 November 2009

Rabu, 11 November 2009

GLOBALISASI: AGITATED ME! /
 
GLOBALISASI:




“Apa yang perlu ditakutkan dari Globalisasi?” Pertanyaan ini mungkin terdengar begitu provokatif, banal, candaan dan penuh dengan kenyataan retorisnya sehingga untuk menjawabnya pun terbilang agak miris dan canggung. Namun, pertanyaan ini telah jelas-jelas menginterupsi isi pembicaraan di setiap ruang-ruang formal maupun non formal kota, hingga setiap pelosok sudut-sudut kota, desa di Indonesia, dalam ceramah-ceramah keagamaan, diskusi seminar keilmuan, hingga obrolan keseharian di warung-warung kopi kecil, di café-café jalanan atau di restoran-restoran franchise yang kini tengah menjamur di pelbagai sudut kota maupun di keriuhan pasar-pasar tradisional. Memandang bahwa konteks dan konsep Globalisasi yang saat ini sering dibicarakan memang masih menjadi euphoria yang membingungkan atau rancu dalam masyarakat luas di Indonesia. Khususnya masyarakat urban1 di Indonesia yang meskipun secara lebih banyak mendapat keleluasaan dalam mengakses informasi tentang Globalisasi dan mengkonsumsi konsep Globalisasi tersebut ketimbang masyarakat pesisir, pelosok, maupun pedalaman.
Globalisasi bisa jadi merupakan sebuah wacana multi-kepentingan / meta-narasi yang belakangan kian santer bukan saja karena telah be-ribu-ribu lembar lebih dituliskan dalam setiap kajian wacana keilmuan, kajian budaya, dsb., melalui berbagai media informasi yang telah mengalami proses ‘reproduksi-nya’. Melainkan juga karena adanya sebuah keadaan yang menggiring kepada “persepsi percepatan”, dimana dunia bergerak cepat selaras dengan kesibukan mesin-mesin produksi, yang juga berarti bahwa manusia sebagai mahluk homo homini lupus2 di tuntut akan kesadarannya akan pemahaman di atas sebagai sebuah strategi-nya membaca realitas dunia sekarang dan masa depan yang sarat utopia kesejahteraan, keadilan dan keseimbangan. Namun juga perlu diakui bahwa konsep Globalisasi adalah sebuah keniscayaan tentang keberadaannya. Apakah ia sesuatu yang nyata atau hanya bagian dari simulacra3 yang sering hadir dalam kajian budaya. Melepas tudingan bahwa globalisme memang digerakkan oleh kekuatan kapitalisme maupun neoliberalisme.
Mengakui bahwa Globalisasi itu ada dan sedang berkembang biak – entah menjadi apa?, dapat terlihat melalui isyarat perubahan yang berlaku dalam struktur kebudayaan masyarakat, seperti; kebiasaan, pola pikir, gaya hidup dan budaya visual yang terbentuk – membentuknya. Ketika kehadirannya lebih dikenali hanyalah karena ekses yang membentuknya bukan dari arus positif yang dihasilkannya, cenderung masyarakat kita yang
1 Definisi ‘masyarakat urban’ disini mengacu pada intertekstual fenomena masyarakat urban yang menjadi tema dalam perhelatan seni CP Biennale 2005 di Museum Bank Indonesia Jakarta: Urban/Culture, lihat tulisan berjudul: “Perlawanan Seni Kaum Urban” oleh Edna Caroline dan Putu Fajar Arcana, pada harian KOMPAS, Minggu 18 September 2005. Pada tulisan itu banyak terdapat penjelasan tentang masyarakat urban dan perilakunya di Indonesia / Urban itu sendiri dari Jim Supangkat sebagai narasumber juga selaku Kurator perhelatan seni tersebut.
2 Pendapat dari filusuf Thomas Hobbes, yang mengartikan bahwa manusia adalah sekumpulan serigala yang buas (memiliki sifat egois yang tinggi dan licik).
3 Simulacra berarti sebuah duplikasi dari duplikasi, yang aslinya tidak pernah ada, sehingga perbedaan antara duplikasi dan asli menjadi kabur. Lihat bagian glosarium pada; Yasraf Amir Piliang, Posrealitas; Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisika, Jalasutra, Yogyakarta, 2004. halm. 21
mengaku sebagai masyarakat urban lebih banyak merayakannya sebagai sesuatu wujud yang menyenangkan daripada melihatnya sebagai sebuah kecemasan atau sebuah bahan perenungan.
Ada ihwalnya manusia mulai mengenali bentuk sang logos dari sebuah representasi realitas jamannya yakni ketika institusinya mulai menalar apa-apa yang hadir dalam pengamatannya baik melalui penampang-penampang realitas yang muncul dalam kesehariannya. Ketika kini sebuah representasi realitas lebih banyak hadir dalam skema artificial, maka budaya visual masyarakat kita kiranya sedang beranjak kepada suatu tingkatan yang lebih baik. Suatu era ketika teknologi didewa-kan kembali atas kemudahan-kemudahan yang dihasilkannya, tanpa memandang lapisan kelas masyarakat yang memanfaatkannya ataupun yang menikmatinya. Hal ini diterima oleh penulis sebagai isyarat untuk menyelami keburukan – dampak negatif yang barangkali muncul dalam kehadirannya, mengingat kondisi bangsa ini sedang diombang-ambingkan oleh suatu kekuatan besar yang tiada lain ialah konsumerisme dan arus Globalisasi alias kapitalisasi alias neo liberalisasi yang menggerogoti setiap pilar-pilar kebangsaan.
Mungkin kekhawatiran Penulis lebih tertuju pada kehadiran sebuah media yang beberapa saat setelah mengalami proses penciptaan-nya telah diramalkan menjadi sesuatu yang lebih besar melebihi Pencipta dari seorang pencipta-nya. Televisi, sebagai sebuah medium bagi setiap citraan yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya apabila tertampung dalam media memori otak manusia. Ia merupakan simulasi sempurna untuk berafiliasi dengan jamannya. Sebagai wujud yang imparsial atau sulit dipisahkan dari kehidupan keseharian manusia. Untuk menikmati – menontonnya terlebih dahulu ia haruslah berhubungan dengan kontak listrik, setelah sebelumnya terhubung pada sebuah transmisi sinyal satelit yang diterima oleh menara-menara raksasa kemudian diteruskan kepada antena-antena kecil televisi kita. Membayangkan setiap seperdetiknya relai dari siaran televisi yang tidak pernah putus atau terus menyala dari setiap orang yang memiliki televisi, maka berapa satuankah yang dihasilkan dari energi yang diperlukan oleh seluruh orang yang memiliki televisi, juga berapa satuan citraan-kah yang dihasilkan dari setiap stasiun televisi yang memiliki jadwal tayangan 24 jam non-stop. Belum lagi dampak apa yang dihasilkan dari acara televisi itu terhadap penontonnya.
Sangat sulit untuk penulis memberi jawaban dari perkiraan bayangan di atas. Boleh jadi juga bahwa penulis sudah terlanjur teragitasi akan Globalisasi yang diskemakan oleh acara televisi, sehingga terbujur puas akan ekstasenya dengan tidak merisaukan dampak buruk apa yang akan terjadi saat melihat acara televisi tersebut. Meskipun ada penawar yang menetralkan pola pikir tersebut seperti mengalihkan pada buku-buku bacaan biasa, melihat benda-benda seni umumnya atau memandang mega. Namun lagi-lagi Penulis mengakui seperti sulit menghindar dari kegelisahan-kegelisahan para pengkaji studi kebudayaan, karena dorongan naluri yang begitu kuat untuk mendedah kesadaran mengarah kepada identitas, sejarah, dan sebagainya, hingga berpolemik dengan schizophrenia seni – mengacak asal-usul bentukan seni masa lalu, kemudian menghadapkannya pada realitas kekinian selaras dengan idiom berkesenian yang berkembang saat ini.
Tafsir Al Azhar
SuratAL- `ASHR(MASA)Surat 103: 3 ayatDiturunkan di MAKKAH
سورة: العصر
1- Demi masa!
رصعلاو
2- Sesungguhnya manusia itu adalah di dalam kerugian.
رسخ يفل ناسنلا %نإ
3- Kecuali orang yang beriman dan beramal yang shalih dan berpesan-pesanan dengan Kebenaran dan berpesan-pesanan dengan Kesabaran.
اونمآ نيذ%لا %لإ اولمعو اوصاوتو تاحلا%صلا اوصاوتو 5قحلاب
"Demi masa!" (ayat 1). Atau demi waktu `Ashar, waktu petang hari seketika bayang-bayang badan sudah mulai lebih panjang daripada badan kita sendiri, sehingga masuklah waktu sembahyang `Ashar. Maka terdapatlah pada ayat yang pendek ini dua macam tafsir.
Syaikh Muhammad Abduh menerangkan di dalam Tafsir Juzu' `Amma bahwa telah teradat bagi bangsa Arab apabila hari telah sore[1], mereka duduk bercakap-cakap membicarakan soal-soal kehidupan dan ceritera-ceritera lain yang berkenaan dengan urusan sehari-hari. Karena banyak percakapan yang melantur[2], keraplah kejadian pertengkaran, bersakit-sakitan hati sehingga menimbulkan permusuhan. Lalu ada yang mengutuki waktu 'Ashar (petang hari), mengatakan waktu 'Ashar waktu yang celaka, atau naas[3], banyak bahaya terjadi di waktu itu. Maka datanglah ayat ini memberi peringatan "Demi 'Ashar", perhatikanlah waktu 'Ashar. Bukan waktu `Ashar yang salah. Yang salah adalah manusia-manusia yang mempergunakan waktu itu dengan salah. Mempergunakannya untuk bercakap yang tidak tentu ujung pangkal. Misalnya bermegah-megah dengan harta, memuji diri, menghina merendahkan orang lain. Tentu orang yang dihinakan tiada terima, dan timbullah silang sengketa.
Lalu kamu salahkan waktu 'Ashar, padahal kamulah yang salah. Padahal kalau kamu percakapkan apa yang berfaedah, dengan tidak menyinggung perasaan teman dudukmu, tentulah waktu `Ashar itu akan membawa manfaat pula bagimu.
Inilah satu tafsir.
Tafsir yang lain; "Demi Masa!"
Masa seluruhnya ini, waktu-waktu yang kita lalui dalam hidup kita, zaman demi zaman, masa demi masa, dalam bahasa Arab `Ashr juga sebutannya. Sebagai semasa Indonesia dijajah
Belanda dapat disebut "`Ashru Isti'maril holandiy" (Masa penjajahan Belanda), "`Ashru Isti`maril Yabaniy", masa penjajahan Jepang. "`Ashrust Tsaurati Indonesia Al-Kubra", masa Revolusi Besar Indonesia, "`Ashrul Istiqlal", masa kemerdekaan dan sebagainya.
Berputarlah dunia ini dan berbagailah masa yang dilaluinya; suka dan duka, naik dan turun, masa muda dan masa tua. Ada masa hidup, kemudian mati dan tinggallah kenang-kenangan ke masa lalu.
Diambil Tuhanlah masa menjadi sumpah, atau menjadi sesuatu yang mesti diingat-ingati. Kita hidup di dunia ini adalah melalui masa. Setelah itu kita pun akan pergi. Dan apabila kita telah pergi, artinya mati, habislah masa yang kita pakai dan yang telah lalu tidaklah dapat diulang lagi, dan masa itu akan terus dipakai oleh manusia yang tinggal, silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi.
Diperingatkanlah masa itu kepada kita dengan sumpah, agar dia jangan disia-siakan, jangan diabaikan. Sejarah kemanusiaan ditentukan oleh edaran masa.
"Sesungguhnya manusia itu adalah di dalam kerugian." (ayat 2). Di dalam masa yang dilalui itu nyatalah bahwa manusia hanya rugi selalu. Dalam hidup melalui masa itu tidak ada keuntungan sama-sekali. Hanya rugi jua yang didapati: Sehari mulai lahir ke dunia, di hari dan sehari itu usia sudah kurang satu hari. Setiap hari dilalui, sampai hitungan bulan dan tahun, dari rnuda ke tua, hanya kerugian jua yang dihadapi.
Di waktu kecil senanglah badan dalam pangkuan ibu, itu pun rugi karena belum merasai arti hidup. Setelah mulai dewasa bolehlah berdiri sendiri, beristeri atau bersuami. Namun kerugian pun telah ada. Sebab hidup mulai bergantung kepada tenaga dan kegiatan sendiri, tidak lagi ditanggung orang lain.
Sampai kepada kepuasan bersetubuh suami isteri yang berlaku dalam beberapa menit ialah untuk menghasil anak yang akan dididik dan diasuh, menjadi tanggungjawab sampai ke sekolahnya dan pengguruannya untuk bertahun-tahun.
Di waktu badan masih muda dan gagah perkasa harapan masih banyak. Tetapi bilamana usia mulai lanjut barulah kita insaf bahwa tidaklah semua yang kita angankan di waktu muda telah tercapai.
Banyak pengalaman di masa muda telah menjadi kekayaan jiwa setelah tua. Kita berkata dalam hati supaya begini kerjakan, jangan ditempuh jalan itu, begini mengurusnya, begitu melakukannya. Pengalaman itu mahal sekali. Tetapi kita tidak ada tenaga lagi buat mengerjakannya sendiri. Setinggi-tingginya hanyalah menceriterakan pengalaman itu kepada yang muda.
Sesudah itu kita bertambah nyanyuk, bertambah sepi; bahkan kadang-kadang bertambah menjadi beban berat buat anak-cucu. Sesudah itu kita pun mati!
Itu kalau umur panjang. Kalau usia pendek kerugian itu akan lebih besar lagi. Belum ada apa-apa kita pun sudah pergi. Kerugianlah seluruh masa hidup itu. Kerugian!
"Kecuali orang yang beriman." (pangkal ayat 3). Yang tidak akan merasakan kerugian dalam masa hanyalah orang-orang yang beriman. Orang-orang yang mempunyai kepercayaan bahwa hidupnya ini
adalah atas kehendak Yang Maha Kuasa. Manusia datang ke dunia ini sementara waktu; namun masa yang sementara itu dapat diisi dengan baik karena ada kepercayaan; ada tempat berlindung. Iman menyebabkan manusia insaf dari mana datangnya. Iman menimbulkan keinsafan guna apa dia hidup di dunia ini, yaitu untuk berbakti kepada Maha Pencipta dan kepada sesamanya manusia. Iman menimbulkan keyakinan bahwasanya sesudah hidup yang sekarang ini ada lagi hidup. Itulah hidup yang sebenarnya, hidup yang baqa. Di sana kelak segala sesuatu yang kita lakukan selama masa hidup di dunia ini akan diberi nilainya oleh Allah. "Dan beramal yang shalih," bekerja yang baik dan berfaedah. Sebab hidup itu adalah suatu kenyataan dan mati pun kenyataan pula, dan manusia yang di kekling kita pun suatu kenyataan pula. Yang baik terpuji di sini, yang buruk adalah merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain. Sinar Iman yang telah tumbuh dalam jiwa itu dan telah menjadi keyakinan, dengan sendinnya menimbulkan perbuatan yang baik. Dalam kandungan perut ibu tubuh kita bergerak. Untuk lahir ke dunia kita pun bergerak. Maka hidup itu sendiri pun adalah gerak. Gerak itu adalah gerak maju! Berhenti sama dengan mati. Mengapa kita akan berdiam diri? Mengapa kita akan menganggur? Tabiat tubuh kita sendiri pun adalah bergerak dan bekerja. Kerja hanyalah satu dari dua, kerja balk atau kerja jahat. Setelah kita meninggalkan dunia ini kita menghadapi dua kenyataan. Kenyataan pertama adalah sepeninggal kita, yaitu kenang-kenangan orang yang tinggal. Dan kenyataan yang kedua ialah bahwa kita kembali ke hadhirat Tuhan.
Kalau kita beramal shalih di masa hidup, namun setelah kita mati kenangan kita akan tetap hidup berlama masa. Kadang-kadang kenangan itu hidup lebih lama daripada masa hidup jasmani kita sendiri. Dan sebagai Mu'min kita percaya bahwa di sisi Allah amalan yang kita tinggalkan itulah kekayaan yang akan kita hadapkan ke hadapan Hadhrat llahi. Sebab itu tidaklah akan rugi masa hidup kita.
"Dan berpesan-pesanan dengan Kebenaran.'' Karena nyatalah sudah bahwa hidup yang bahagia itu adalah hidup bermasyarakat. Hidup nafsi-nafsi adalah hidup yang sangat rugi. Maka hubungkanlah tali kasih-sayang dengan sesama manusia, beri-memberi ingat apa yang benar. Supaya yang benar itu dapat dijunjung tinggi bersama. ingat-memperingatkan pula mana yang salah, supaya yang salah itu sama-sama dijauhi.
Dengan demikian beruntunglah masa hidup. Tidak akan pernah merasa rugi. Karena setiap peribadi merasakan bahwa dirinya tidaklah terlepas dari ikatan bersama. Bertemulah pepatah yang terkenal: "Duduk seorang bersempit-sempit, duduk ramai berlapang-lapang." Dan rugilah orang yang menyendiri, yang menganggap kebenaran hanya untuk dirinya seorang.
"Dan berpesan-pesanan dengan Kesabaran. " (ujung ayat 3). Tidaklah cukup kalau hanya pesan-memesan tentang nilai-nilai Kebenaran. Sebab hidup di dunia itu bukanlah jalan datar saja. Kerapkali kaki ini terantuk duri, teracung kerikil. Percobaan terlalu banyak. Kesusahan kadang-kadang sama banyaknya dengan kemudahan. Banyaklah orang yang rugi karena dia tidak tahan menempuh kesukaran dan halangan hidup. Dia rugi sebab dia mundur, atau dia rugi sebab dia tidak berani maju. Dia berhenti di tengah perjalanan. Padahal berhenti artinya pun mundur. Sedang umur berkurang juga.
Di dalam al-Quran banyak diterangkan bahwa kesabaran hanya dapat dicapai oleh orang yang kuat jiwanya, (Surat Fushshilat; 41; 35). Orang yang lemah akan rugilah.
Maka daripada pengecualian yang empat ini: (1) Iman, (2) Amal shalih, (3) Ingat-mengingat tentang Kebenaran, (4) Ingat-mengingat tentang Kesabaran, kerugian yang mengancam masa hidup itu pastilah dapat dielakkan.
Kalau tidak ada syatat yang empat ini rugilah seluruh masa hidup.
Ibnul Qayyim di dalam kitabnya "Miftahu Daris-Sa'adah" menerangkan; "Kalau keempat martabat telah tercapai oleh manusia, hasillah tujuannya menuju kesempumaan hidup. Pertama: Mengetahui Kebenaran. Kedua: Mengamalkan Kebenaran itu. Ketiga: Mengajarkannya kepada orang yang belum pandai memakaikannya. Keempat: Sabar di dalam menyesuaikan diri dengan Kebenaran dan mengamalkan dan mengajarkannya. Jelaslah susunan yang empat itu di dalam Surat ini.
Dalam Surat ini Tuhan menerangkan martabat yang empat itu. Dan Tuhan bersumpah, demi masa, bahwasanya tiap-tiap orang rugilah hidupnya kecuali orang yang beriman. Yaitu orang yang mengetahui kebenaran lalu mengakuinya. Itulah martabat pertama.
Beramal yang shalih, yaitu setelah kebenaran itu diketahui lalu diamalkan; itulah martabat yang kedua.
Berpesan-pesanan dengan Kebenaran itu, tunjuk menunjuki jalan ke sana. Itulah martabat ketiga.
Berpesan-pesanan, nasihat-menasihati, supaya sabar menegakkan kebenaran dan teguh hati jangan bergoncang. Itulah martabat keempat. Dengan demikian tercapailah kesempumaan.
Sebab kesempumaan itu ialah sempurna pada diri sendiri dan menyempumakan pula bagi orang lain. Kesempurnaan itu dicapai dengan kekuatan ilmu dan kekuatan amal. Buat memenuhi kekuatan ilmiah ialah iman. Buat peneguh kekuatan amaliah ialah berbuat amal yang shalih. Dan menyempumakan orang lain ialah dengan mengajarkannya kepada mereka dan mengajaknya bersabar dalam berilmu dan beramal.
Lantaran itu meskipun Surat ini pendek sekali namun isinya mengumpulkan kebajikan dengan segala cabang rantingnya. Segala pujilah bagi Allah yang telah menjadikan kitabnya mencukupi dari segala macam kitab, pengobat dari segala macam penyakit dan penunjuk bagi segala jalan kebenaran." Sekian kita salin dari Ibnul Qayyim.
Ar-Razi menulis pula dalam tafsimya: "Dalam Surat ini terkandung peringatan yang keras. Karena sekalian manusia dianggap rugilah adanya, kecuali barangsiapa yang berpegang dengan keempatnya ini. Yaitu: Iman, Amal Shalih, Pesan-memesan kepada Kebenaran dan Pesan-memesan kepada Kesabaran. Itu menunjukkan bahwa keselamatan hidup bergantung kepada keempatnya, jangan ada yang tinggal. Dan dapat juga diambil kesimpulan dari Surat ini bahwa mencari selamat bukanlah untuk diri sendiri saja, melainkan disuruh juga menyampaikan, atau sampai-menyampaikan dengan orang lain. Menyeru kepada Agama, Nasihat atas Kebenaran, Amar ma'ruf nahyi munkar, dan supaya mencintai atas saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya. Dua kali diulang tentang pesan-memesan, wasiat mewasiati, karena pada yang pertama menyerunya kepada jalan Allah dan pada yang kedua supaya berteguh hati menjalankannya. Atau pada yang pertama menyuruh dengan yang ma'ruf dan pada yang kedua mencegah dari yang munkar. Di dalam Surat Luqman, 21; 17 dengan terang-terang ditulis wasiat Luqman kepada anaknya agar dia suka menyuruh berbuat baik, mencegah berbuat munkar dan bersabar atas apa pun jua yang menimpa diri.
Menurut keterangan Ibnu Katsir pula di dalam tafsirnya: "Suatu keterangan daripada ath-Tabrani yang ia terima dari jalan Hamaad bin Salmah, dari Tsabit bin `Ubaidillah bin Hashn: "Kalau dua orang sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. bertemu, belumlah mereka berpisah melainkan salah seorang di
antara mereka membaca Surat al-`Ashr ini terlebih dahulu, barulah mereka mengucapkan salam tanda berpisah."
Syaikh Muhammad Abduh dalam menafsirkan Hadis pertemuan dan perpisahan dua sahabat ini berkata: "Ada orang yang menyangka bahwa ini hanya semata-mata tabarruk (mengambil berkat) saja. Sangka itu salah. Maksud membaca ketika akan berpisah ialah memperingatkan isi ayat-ayat, khusus berkenaan dengan pesan-memesan Kebenaran dan pesan-memesan atas Kesabaran itu, sehingga meninggalkan kesan yang baik."
Imam asy-Syafi'i berkata: "Kalau manusia seanteronya sudi merenungkan Surat ini, sudah cukuplah itu baginya."
Syaikh Muhammad Abduh menafsirkan Surat ini dengan tersendiri, dan Sayid Rasyid Ridha pernah mencetak Tafsiran gurunya ini dengan sebuah buku tersendiri pula, dan menjadi salah satu pelajaran kami di Sumatera Thawalib, Padang Panjang pada tahun 1922.
Didownload dari http://www.vbaitullah.or.id
Empat Racun Hati 
Abdullah Shalih Al-Hadrami
27 Juli 2004
Segala puji hanya bagi Allah. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Rasulullah, keluarganya, para sahabat dan para pengikut yang setia sampai hari kiamat.
Amma ba'du. Allah berrman,
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabnya. (Al-Isra': 36)
Sesuatu yang paling mulia pada diri manusia ialah hatinya. Peran hati terhadap
seluruh anggota badan, ibarat raja terhadap para prajuritnya. Semua bekerja atas
dasar perintahnya dan tunduk kepadanya. Pada kemudian hari nanti, hati akan ditanya
tentang para prajuritnya. Sebab setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas yang
dipimpinnya.
Rasulullah bersabda,
Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik
pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh
tubuh. Ketahuilah, itu adalah hat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah berkata,
Hati adalah raja anggota tubuh. Dan anggota tubuh adalah para
prajuritnya. Apabila raja baik, maka baik pulalah para prajuritnya. Dan
apabila raja busuk, maka busuk pulalah para prajuritnya.
Disalin dari majalah As-Sunnah 09/VII/1424H hal 21 - 26.
1
Hati adalah raja. Seluruh tubuh adalah pelaksana semua titahnya yang selalu siap
untuk menerima arahannya. Aktivitasnya tidak dinilai benar, jika tidak diniatkan dan
dimaksudkan oleh sang hati. Pada kemudian hari, hati akan ditanya tentang para
prajuritnya. Sebab setiap pemimpin itu bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.
Maka, memperhatikan dan meluruskan hati merupakan perkara yang paling utama
untuk diseriusi oleh orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah. Demikian pula,
dengan mengkaji penyakit-penyakit hati dan metode mengobatinya, merupakan bentuk
ibadah yang utama bagi ahli ibadah.
Perumpamaan hati, ialah seperti sebuah benteng. Sedangkan syetan merupakan
musuh yang hendak masuk ke dalam benteng tersebut, hendak menguasai dan
merebutnya. Benteng tidak akan terlindungi, kecuali dengan menjaga pintu-pintunya.
Orang yang tidak mengetahui pintu-pintu itu, tidak akan bisa menjaganya.
Jadi, seseorang tidak bisa mengusir syetan kecuali dengan mengetahui pintu-pintu
masuk yang dilewati syetan. Pintu-pintu masuk itu adalah sifat-sifat manusia yang
jumlahnya sangat banyak. Dan kami akan menyebutkan empat pintu masuk syetan
yang paling banyak tersebar dan berbahaya.
Ketahuilah, hati dapat rusak sebagaimana halnya badan. Dan setiap kemaksiatan
adalah racun hati. Ia menjadi penyebab sakit dan kehancurannya, memalingkan dari
kebaikan dan menambah parah penyakitnya.
Hati adalah pusat ilmu dan ketaqwaan, cinta dan benci, keragu-raguan dan bencana.
Dialah yang tahu tentang Allah, dan jalan menuju kepadaNya. Dan anggota tubuh ini
tidak lain hanyalah mengikuti dan berkhidmat kepadanya.
Para salaf memperoleh kemenangan yang besar dan sangat unggul. Tidak lain karena
kualitas mereka dalam ibadah-ibadah hati. Keistimewaan mereka dalam hal ini tidak
ada tandingannya. Abdullah bin Mubarak berkata,
Kulihat dosa-dosa itu mematikan hati
Membinasakannya mengakibatkan kehinaan
Meninggalkan dosa adalah kehidupan bagi hati
Selalu menjauhinya adalah yang terbaik bagi anda.
Allah berrman,
(yaitu) pada hari harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang
datang kepada Allah dengan hati yang selamat. (Asy Syu'ara: 88 -
89)
2
Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Hati yang selamat didenisikan sebagai hati
yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah,
dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran.
Maka, barangsiapa menginginkan keselamatan dan kehidupan bagi hatinya, hendaklah
ia membersihkan hatinya dari pengaruh racun-racun itu. Kemudian menjaganya, jangan
sampai ada racun lain yang menggrogotinya.
Adapun jika tanpa sengaja ia mengambil salah satunya, ia mesti bersegera untuk
membuangnya dan menghapus pengaruhnya dengan cara bertaubat, beristighfar dan
mengerjakan amal shalih yang dapat menghapus kesalahan.
Yang dimaksud dengan empat racun hati yaitu:
1. Banyak bicara
2. banyak memandang
3. banyak makan dan minum
4. banyak bergaul dengan sembarang orang
Keempat racun ini merupakan sumber yang paling banyak tersebar, dan paling
berbahaya bagi kehidupan hati.
1. Banyak Bicara
Lidah mempunyai pengaruh yang sangat besar. Keimanan dan kekaran bisa tampak
melalui lihad (syahadat). Barangsiapa melepaskan tali kendali lidahnya, maka syetanpun
akan memperdayanya dari segala penjuru, sehingga menggiringnya menuju tepian
jurang, kemudian menjatuhkannya sampai ke dasar.
Dari Mu'adz, dari Rasulullah bersabda,
Dan tiadalah yang menelungkupkan wajah atau batang hidung manusia ke
dalam api neraka, melainkan karena ulah lidahnya. 1
Banyak ayat Al Qur'an dan sabda Rasulullah serta ucapan salafush shalih yang
memperingatkan kita dari bahaya dan kerusakan lidah. Diantaranya rman Allah,
Tiadalah suatu perkataan pun yang diucapkannya, melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS Qaf: 18).
1HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim, shahih.
3
Dari Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqa berkata,
aku bertanya, "Ya Rasulullah, apakah yang paling anda takutkan terhadap
diri saya?" Beliau bersabda, "Ini." sambil memegang lidahnya. 2
Dari Uqbah bin Amir berkata, "Ya Rasulullah, apakah keselamatan itu?" Beliau
bersabda, "Peliharalah lidahmu." 3
Beliau bersabda pula,
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata
yang baik atau diam. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah, bahwasanya ia mendengar Rasulullah bersabda,
Sesungguhnya, seorang hamba berbicara dengan sebuah pembicaraan yang
jelas (ia anggap biasa); ternyata hal itu membuat ia tergelincir ke dalam api
neraka lebih jauh dari pada jarak timur dan barat. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata,
Demi Allah, tiada tuhan yang pantas disembah selain Dia. Tiada sesuatu
pun yang lebih pantas untuk dipenjara lebih lama, (kecuali) dari lidahku.
Beliau juga berkata,
Wahai lidah, berkatalah yang baik, kamu akan beruntung. Dan Diamlah
dari yang buruk, (maka) kamu akan selamat, sebelum kamu menyesal.
Dari Abu Darda' berkata,
Berlakulah adil terhadap dua telinga dari lidah. Dijadikan untuk anda
dua telinga dan satu lidah, supaya anda lebih banyak mendengar daripada
berbicara.
Bencana lidah yang paling ringan yaitu berbicara tentang sesuatu yang tidak berfaidah.
2HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah, Al Hakim dan Ad Darimi, shahih.
3HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Mubarak, shahih
4
2. Banyak Memandang
Yang dimaksud dengan banyak memandang, yaitu melepaskan pandangan kepada
sesuatu dengan sepenuh mata, dan memandang kepada yang tidak halal untuk
dipandang. Allah berrman,
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya"; yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat.
Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan
pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak
dari mereka. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedada
mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-
budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita.
Dan Janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman agar kamu beruntung. (QS An-Nur: 30 - 31)
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah bersabda,
Telah ditetapkan kepada manusia bagiannya dari perzinahan, ia pasti
melakukan hal itu. Kedua mata, zinanya ialah memandang. Kedua telinga,
zinanya adalah mendengar. Lidah, zinanya adalah berbicara, Tangan,
zinanya adalah memukul (meraba). Kaki, zinanya adalah melangkah.
Hati, berkeinginan dan berangan-angan. Dan yang membenarkan atau
menggagalkan semua itu, adalah kemaluan. 4
4HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad.
5
Dari Jarir berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba
(tidak sengaja). Beliau menjawab, "Alihkan pandanganmu." 5
Berlebihan memandang dengan mata, menimbulkan anggapan indah terhadap apa
yang dipandang dan mepertautkan hati yang memandang kepadanya. Selanjutnya,
terlahirlah berbagai kerusakan dan bencana dalam hatinya, diantaranya:
1. Pandangan adalah anak panah beracun di antara anak panah Iblis
Barangsiapa menundukkan pandangannya karena Allah, Dia akan memberikan
kepadanya kenikmatan dan kedamaian dalam hatinya, yang ia rasakan sampai
bertemu dengan-Nya.
2. Pandangan merupakan pintu masuk syetan
Sesungguhnya masuknya syetan lewat jalan ini melebihi kecepatan aliran udara ke
ruang hampa. Syetan akan menjadikan wujud yang dipandang seakan-akan indah,
menjadikannya sebagai berhala tautan hati.
Kemudian mengobral janji dan angan-angan. Lalu syetan menyalakan api syahwat,
dan ia lemparkan kayu bakar maksiat. Seseorang tidak mungkin melakukannya
tanpa ada gambaran wujud yang dipandangnya.
3. Pandangan menyibukkan hati, menjadikannya lupa terhadap hal-hal yang
bermanfaat baginya, dan menjadi penghalang antara keduanya.
Akhirnya urusannya pun menjadi kacau. Dia menjadi selalu lalai dan mengakui
hawa nafsunya. Allah berrman,
Dan janganlah kamu taat kepada orang yang telah Kami lalaikan
hatinya dari dzikir kepada Kami dan mengikuti hawa nafsunya serta
urusannya kacau-balau. (QS. Al-Kah: 28)
Demikianlah, melepaskan pandangan secara bebas mengakibatkan tiga bencana ini.
Para dokter hati (ulama') bertutur,
Antara mata dan hati ada kaitan yang sangat erat. Bila mata telah rusak
dan hancur, maka hatipun rusak dan hancur. Hati seperti ini, ibarat tempat
sampah yang berisikan segala najis, kotoran dan sisa-sisa yang menjijikkan.
Ia tidak layak dihuni cinta dan ma'rifatullah, tidak akan merasa tenang dan
5HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ad-Darimi dan Ahmad.
6
damai bersama Allah, dan tidak akan mau inabah (kembali) kepada Allah.
Yang bersemayam di dalamnya adalah yang berlawanan dengan semua itu.
Membiarkan pandangan lepas adalah maksiat kepada Allah dan dosa, sebagaimana
rmanNya pada Al-Qur'an surat An-Nur ayat 30 dan 31 yang telah disebutkan.
Allah berrman,
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat, dan apa yang
disembunyikan oleh hati. (QS Al-Mukmin: 19)
Membiarkan pandangan lepas menyebabkan hati menjadi gelap, sebagaimana menahan
pandangan menyebabkan hati bercahaya.
Bila hati telah bersinar, maka seluruh kebaikan dari segala penjuru akan masuk ke
dalamnya. Sebaliknya apabila hati telah gelap, maka berbagai keburukan dan bencana
akan masuk ke dalamnya, dari segala penjuru.
Seorang yang shalih berkata,
Barangsiapa mengisi lahirnya dengan mengikuti sunnah, mengisi batinnya
dengan muraqabah (merasa diawasi Allah), menjaga pandangannya dari
yang diharamkan, menjaga dirinya dari yang syubhat (belum jelas halal
haramnya), dan hanya memakan yang halal, rasatnya tidak akan meleset.
3. Banyak Makan dan Minum
Nafsu perut adalah termasuk perusak yang amat besar. Nafsu ini pula, yang
menyebabkan Adam dikeluarkan dari Surga. Dari nafsu perut pula, muncul nafsu
kemaluan dan kecenderungan kepada harta benda. Yang akhirnya disusul dengan
berbagai bencana yang banyak. Semua ini berasal dari kebiasaan memenuhi tuntutan
perut.
Sedikit makan itu melembutkan hati, menguatkan daya pikir, serta melemahkan hawa
nafsu dan sifat marah. Sedangkan banyak makan, akan mengakibatkan sebaliknya. Allah
berrman,
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-A'raf: 31)
Dari Miqdam bin Ma'di Karib berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda,
7
Janganlah manusia memenuhi sebuah tempat yang lebih buruk dari
perutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suapa (tiga sampai sembilan),
untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga
untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas. 6
Ibnu Abbas berkata,
Allah menghalalkan makan dan minum, selama tidak berlebih-lebihan dan
tidak ada unsur kesombongan.
Berlebihan dalam makan, dapat mengakibatkan banyak hal buruk. Ia menggerakkan
anggota tubuh untuk melakukan maksiat, serta menjadikannya merasa berat untuk taat
dan ibadah. Cukuplah dua hal ini sebagai suatu keburukan.
Dari Utsman bin Za'idah berkata, Sufyan Ats-Tsauri berkirim surat kepadaku:
Apabila engkau ingin badanmu sehat dan ringan tidurmu, maka sedikitkanlah makanmu.
Sebagian salaf berujar,
Sebagian pemuda Bani Israil berta'abud (berpuasa sambil berkhalwat). Bila
telah datang masa berbuka, salah seorang dari mereka berkata, "Jangan
makan banyak-banyak, sehingga minum kalianpun banyak. Lalu tidur kalian
juga banyak, akhirnya kalian banyak merugi."
'Aisyah meriwayatkan, sejak masuk Madinah, keluarga Rasulullah belum pernah merasa
kenyang oleh roti gandum selama tiga hari berturut-turut, sampai beliau wafat. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Amir bin Qais berkata,
Berhati-hatilah engkau dari banyak makan. Karena hal itu menyebabkan kerasnya
hati.
Abu Sulaiman Ad-Darimi berkata, "Kunci dunia adalah kenyang, sedangkan kunci
akhirat adalah lapar."
Al-Harits bin Kaladah -salah seorang pakar kedokteran Arab pada masa lalu berkata,
"Menjaga diri dari makanan (melebihi yang diperlukan), merupakan pangkal penyakit.
Al-Harits berkata pula,
Yang membunuh manusia dan membinasakan binatang-binatang buas di dunia ini,
ialah memasukkan makanan di atas makanan sebelum selesai pencernaan.
Ibrahim bin Adham berkata,
6HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, shahih.
8
Barangsiapa memelihara perutnya, akan terpeliharalah diennya (agamanya). Dan
barangsiapa mampu menguasai rasa laparnya, akan memiliki akhlak yang terpuji.
Sesungguhnya, kemaksiatan kepada Allah itu jauh dari seorang yang lapar dan dekat
dengan seorang yang kenyang.
4. Banyak Bergaul Dengan Sembarang Orang
Ini merupakan penyakit berbahaya yang mengakibatkan banyak keburukan. Ia dapat
menghilangkan nikmat dan menebarkan permusuhan. Ia juga menanamkan kedengkian
yang dahsyat, serta mengakibatkan kerugian dunia dan akhirat.
Dalam bergaul, hendaknya kita mengklasikasikan (membagi) manusia menjadi dua
kelompok, yang baik dan buruk. Ketidakmampuan kita membedakan dua kelompok ini,
dapat membawa bencana. Allah berrman,
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya
berkata, "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan
besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan fulan itu teman akrab(ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an, ketika Al-Qur'an itu telah
datang kepadaku." Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia. (Al-Furqan:
27 - 29)
Allah berrman pula,
Teman-teman akrab para hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang
lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa. (Az-Zukhruf: 67)
Rasulullah bersabda,
Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk, adalah seperti penjual minyak
wangi dan peniup api (pandai besi), adakalanya memberi anda (minyak wangi), atau
anda membeli darinya, atau anda mendapat bau wangi darinya. Adapun peniup api
(pandai besi), adakalanya membakar pakaian anda, atau anda mendapatkan bau yang
kuran gsedap darinya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda,
Seseorang itu mengikuti agama sahabatnya. Maka, hendaklah kalian memperhatikan
siapa sahabat kalian. 7
Rasulullah bersabda,
Janganlah anda berteman melainkan dengan orang mukmin dan janganlah memakan
makananmu, kecuali orang bertaqwa. 8
7Hadits hasan, diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi.
8HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Dawud dengan sanad yang hasan.
9
Berkata Umar bin Khathab,
Janganlah anda berjalan bersama orang fajir (yang bergelimangan dalam dosa),
karena dia akan mengajarkan kepada anda perbuatan dosanya.
Berkata Muhammad bin Wasi',
Tiadalah tersisa dari kenikmatan dunia, selain shalat berjama'ah dan berjumpa
dengan teman (yang shalih).
Berkata Bilal bin Sa'ad,
Saudaramu yang selalu mengingatkanmu akan kedudukanmu di sisi Allah adalah lebih
baik bagimu, daripada saudaramu yang selalu memberimu dinar (harta benda).
Berkata sebagian salaf,
Orang yang paling lemah (tercela), yaitu orang yang tidak mau mencari teman (yang
baik). Dan yang lebih lemah (tercela) daripadanya, ialah orang -yang apabila telah
mendapatkan teman (yang baik)- ia menyiakannya.
Alangkah bahagianya, apabila kita diberi rezki oleh Allah berupa teman yang shalih.
Teman yang selalu mengingatkan dan menasihati kita untuk tetap istiqamah, sehingga
kita selamat dari api neraka dan masuk ke dalam surga. Itulah teman yang baik dan
bermanfaat di dunia dan akhirat.
Semoga Allah senantiasa menyelamatkan hati kita dari segala racun dan kotorannya,
sehingga kita selalu bersih dan bersinah sampai berjumpa denganNya. Amin, ya rabbal
'alamin.
Pustaka
[1] Al-Misbahul Munir Fi Tahdzib Tafsir Ibn Katsir, Jama'ah Minal Ulama', Isyraf Asy-
Syaikh Shayyur Rahman Al-Mubarakafuri, Daar As-Salam, Riyadh.
[2] Tazkiyatun Nufus, Syaikh Ahmad Farid, Edisi revisi hanya memuat hadits-hadits
shahih. Cetakan tahun 1419H / 1998M, Daar Al-Aqidah Litturats, Iskandariyah.
[3] Tazkiyah An-Nafs, Syaikh Ahmad Farid, Edisi lama (belum direvisi), terjemahan
Indonesia. PenterjemahL Imtihan Asy-Sya'i, Pustaka Arafah.
[4] Jami' Al-Ulum Wal Hikam, Ibnu Rajab, tahqiq Syu'aib Al-Arnauth dan Ibrahim
Bajis, Muassasah Ar-Risalah, Beirut.
[5] Al-Mukhtar Lil Hadits Fi Syahri Ramadhan, Majmu'ah Thalabatil Ilmi, Rabithah
Alam Islami.
10
30 Rahasia Wanita
yang Harus Pria Ketahui
1. Bila seorang wanita mengatakan dia sedang bersedih, tetapi dia tidak meneteskan airmata, itu berarti dia sedang
menangis di dalam hatinya.
2. Bila dia tidak menghiraukan kamu setelah kamu menyakiti hatinya,lebih baik kamu beri dia waktu untuk
menenangkan hatinya sebelum kamu menegur dengan ucapan maaf.
3. Wanita sulit untuk mencari sesuatu yang dia benci tentang orang yang paling dia sayang (karena itu banyak wanita
yang patah hati bila hubungannya putus di tengah jalan).
4. Jika sorang wanita jatuh cinta dengan seorang lelaki, lelaki itu akan sentiasa ada di pikirannya walaupun ketika dia
sedang dengan lelaki lain.
5. Bila lelaki yang dia cintai merenung tajam ke dalam matanya,dia akan cair seperti coklat!!
6. Wanita memang menyukai pujian tetapi selalu tidak tahu cara menerima pujian.
7. Jika kamu tidak suka dengan gadis yang menyukai kamu setengah mati, tolak cintanya dengan lembut, jangan kasar
karena ada satu semangat dalam diri wanita yang kamu tak akan tahu bila dia telah membuat keputusan, dia akan
melakukan apa saja.
8. Jika seorang gadis sedang menjauhkan diri darimu setelah kamu tolak cintanya, biarkan dia untuk seketika. Jika
kamu masih ingin menganggap dia seorang kawan, cobalah tegur dia perlahan-lahan.
9. Wanita suka meluahkan apa yang mereka rasa. Musik, puisi, lukisan dan tulisan adalah cara termudah mereka
meluahkan isi hati mereka.
10. Jangan sesekali beritahu kepada perempuan tentang apa yang membuat mereka langsung merasa tak berguna.
11. Bersikap terlalu serius bisa mematikan mood wanita.
12. Bila pertama kali lelaki yang dicintainya sedang diam memberikan respon positif, misalnya menghubunginya melalui
telepon, si gadis akan bersikap acuh tak acuh seolah-olah tidak berminat, tetapi sebenarnya dia akan berteriak
senang dan tak sampai sepuluh menit, semua teman-temannya akan tahu berita tersebut.
13. Sebuah senyuman memberi seribu arti bagi wanita. Jadi jangan senyum sembarangan kepada wanita.
14. Jika kamu menyukai sorang wanita, mulailah dengan persahabatan. Kemudian biarkan dia mengenalmu lebih dalam.
15. Jika sorang wanita memberi seribu satu alasan setiap kali kamu ajak keluar, tinggalkan dia karena dia memang tak
berminat denganmu.
16. Tetapi jika dalam waktu yang sama dia menghubungimu atau menunggu panggilan darimu, teruskan usahamu untuk
memikatnya.
17. Jangan sesekali menebak apa yang dirasakannya. Tanya dia sendiri!!
18. Setelah sorang gadis jatuh cinta,dia akan sering bertanya-tanya mengapa aku tak bertemu lelaki ini lebih awal.
19. Kalau kamu masih mencari-cari cara yang paling romantis untuk memikat hati sorang gadis, bacalah buku-buku
cinta.
20. Bila setiap kali melihat foto bersama, yang pertama dicari oleh wanita ialah siapa yang berdiri di sebelah buah
hatinya, kemudian barulah dirinya sendiri.
21. Mantan pacarnya akan selalu ada di pikirannya tetapi lelaki yang dicintainya sekarang akan berada di tempat
teristimewa di hatinya!!
22. Satu ucapan 'Hai' saja sudah cukup menceriakan harinya.
23. Teman baiknya saja yang tahu apa yang sedang dia rasa dan lalui.
24. Wanita paling benci lelaki yang berbaik-baik dengan mereka semata-mata untuk menggaet kawan mereka yang
paling cantik.
25. Cinta berarti kesetiaan, jujur dan kebahagiaan tanpa syarat.
26. Semua wanita menginginkan seorang lelaki yang dicintainya dengan sepenuh hati..
27. Senjata wanita adalah airmata!!
28. Wanita suka jika sesekali orang yang disayanginya memberi surprise buatnya (hadiah, bunga atau sekadar kata-kata
romantis). Mereka akan terharu dan merasakan bahwa dirinya dicintai setulus hati. Dengan ini dia tak akan raguragu
terhadapmu.
29. Wanita mudah jatuh hati pada lelaki yang perhatian padanya dan baik terhadapnya. So,kalau mau memikat wanita
pandai-pandailah..
30. Sebenarnya mudah mengambil hati wanita kerena apa yang dia mau hanyalah perasaan dicintai dan disayangi
sepenuh jiwa.
Begitulah wanita..
Tips Anti Stress, Hiduplah Pada Hari Ini
Written by klikgratis.com
Wednesday, 07 July 2004 11:54 - Last Updated Saturday, 01 November 2008 00:36
PADA musim semi tahun 1871, seorang lelaki muda mengambil sebuah buku dan membaca
dua puluh satu kata yang akhirnya membekas sangat dalam di sanubarinya. Seorang
mahasiswa kedokteran pada Montreal General Hospital sedang dihinggapi rasa cemas justru
setelah ia berhasil menyelesaikan ujian terakhirnya dengan baik. Ia cemas, karena tak tahu apa
yang akan dilakukannya, ke mana ia harus pergi, bagaimana membuka praktek, bagaimana
mencari nafkah.
HIDUPLAH PADA HARI INI PADA musim semi tahun 1871, seorang lelaki muda mengambil
sebuah buku dan membaca dua puluh satu kata yang akhirnya membekas sangat dalam di
sanubarinya. Seorang mahasiswa kedokteran pada Montreal General Hospital sedang
dihinggapi rasa cemas justru setelah ia berhasil menyelesaikan ujian terakhirnya dengan baik.
Ia cemas, karena tak tahu apa yang akan dilakukannya, ke mana ia harus pergi, bagaimana
membuka praktek, bagaimana mencari nafkah.
Kedua puluh satu kata yang pernah dibaca mahasiswa kedokteran tersebut telah
menjadikannya dokter yang paling termasyhur pada jamnnya. Ia mengorganisir Hohn Hopkins
School of Medicine yang terkenal di dunia. Ia menjadi Regius Professor of Medicine di Oxford,
suatu gelar kehormatan tertinggi yang dapat disandang oleh seorang dokter di Inggris raya. Ia
diangkat ksatria oleh Raja Inggris. Dan ketika ia meninggal dunia, dua jilid buku setebal 1.466
halaman yang memuat riwayat hidupnya diterbitkan. Dia adalah Sir William Osler, dan inilah
dua puluh satu kata yang dibacanya pada musim semi tahun 1871 tersebut.
Dua puluh satu kata dari Thomas Carlyle yang menolongnya menempuh kehidupan bebas dari
perasaan cemas: “Kepentingan utama kita bukanlah untuk melihat apa yang terletak
samar-samar di kejauhan, tetapi untuk menggerakkan apa yang jelas berada di tangan,” “Our
main business is not to see what lies dimly at a distance, but to do what lies clearly at hand”.
Empat puluh dua tahun kemudian, pada suatu malam yang tenang di musm semi, di saat
bunga-bunga tulip sedang mengembang di halaman ampus, orang itu, Sir William Osler,
sedang berbicara dengan para mahasiswa di Yale University.
Ia mengatakan kepada para mahasiswa tersebut, bahwa orang seperti dirinya, yang telah
menjadi professor pada empat buah universitas dan telah berhasil menulis buku yang sangat
terkenal, tentunya memiliki “Otak yang istimewa.” Tetapi ia menyatakan bahwa hal tersebut
sama sekali tidak benar. Ia mengatakan bahwa teman-teman dekatnya akan dapat menyatakan
bahwa otaknya hanyalah “sedang-sedang saja.” Lalu, apa rahasia dari keberhasilannya? Ia
menyatakan bahwa ia melakukan apa yang disebut: “HIDUP HARI INI.” Dan anda akan
selamat-selamat untuk hari ini! Tutuplah masa lalu!
1 / 2
Tips Anti Stress, Hiduplah Pada Hari Ini
Written by klikgratis.com
Wednesday, 07 July 2004 11:54 - Last Updated Saturday, 01 November 2008 00:36
Biarkan masa lalu menguburkan dirinya. Beban hari esok, ditambahkan pada kemarin dan
harus kamu pikul hari ini, akan menimbun keragu-raguan yang semakin tajam. Tutuplah pintu
hari esok… hari esok adalah hari ini … tak ada hari esok. Hari keselamatan manusia adalah
hari ini. Pemborosan energi, tekanan mental, kecemasan akan selalu membuntuti orang yang
terlalu rindu akan masa depan… Tutup dan kuncilah, serta biasakan untuk
“HIDUP HARI INI”
Apakah Dr. Osler bermaksud untuk menyatakan bahwa kita tidak boleh berusaha untuk
mempersiapkan hari depan? Bukan, bukan demikian! Ia ingin menyatakan kemungkinan terbaik
untuk menyiapkan masa depan adalah dengan menekuni seluruh kepandaian kita yang ada,
dengan seluruh semangat yang kita punya, untuk mengerjakan dengan berhasil seluruh
tanggungjawab hari ini. Hanya dengan cara itulah masa depan dapat dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya. Beberapa tahun yang lalu, seorang ahli filsafat yang sangat miskin, berkelana
di daerah di mana orang-orang sangat sulit mencari nafkah.
Pada suatu hari berkerumunlah orang-orang daerah itu di hadapannya di kaki sebuah bukit,
dan ia memberikan ceramah yang mungkin adalah yang paling berharga yang pernah
diucapkan orang di sepanjang waktu. Kata-kata yang diucapkannya mendengung terus sampai
berabad-abad lamanya. “Jangan cemas akan hari esok, karena hari esok akan memikirkan
dirinya sendiri, ketika kita sudah berbuat tepat hari ini.” Kita memang harus berpikir tentang
masa depan, mempersiapkannya, dengan menabung, masuk asuransi jiwa, dan sebagainya
untuk menghadapi masa depan. Benar! – tetapi cemas – jangan!
Setiap saat anda selalu merasa cemas akan terserang kebingungan dan membuat kesalahan
yang serius. Anda cemas memikirkan apakah anda akan mampu bertahan terus dengan
pekerjaan ini. Juga cemas memikirkan apakah anda masih akan bisa memeluk anak
satu-satunya yang anda miliki, anak laki-laki yang baru berusia satu setengah tahun dan belum
pernah anda lihat sama sekali??
Kini anda harus berhasil menguasai ketakutan akan kesepian, ketakutan untuk berusaha. Kini
anda harus merasa bahagia dan benar-benar berhasil serta memiliki semangat dan rasa cinta
pada kehidupan. Anda tahu bahwa sekarang anda tak perlu takut lagi atau melalaikan apa yang
diberikan oleh kehidupan pada diri anda. Kini bahkan anda tak perlu takut lagi akan masa
depan. Anda sadari bahwa anda dapat hidup satu hari setiap saat dan itu adalah: “Setiap hari
adalah hidup baru bagi mereka yang bijaksana.”
2 / 2
SELUK BELUK PESERTA DIDIK

I. Pendahuluan

Hakikat hidup manusia didik dilihat dari segi psikologi adalah makhluk yang terbentuk dari unsur fisik (jasmani) dan psikis (rohani) yang berkembang saling mempengaruhi satu sama lain tidak terpisah. Artinya antara fungsi – fungsi psikis dan fisiknya tersebut saling membantu dan saling mempengaruhi untuk berintegral membentuk suatu pola keseimbangan yang bersifat HOMOSTATIS menuju suatu tingkah laku yang berarah tujuan tertentu.
Pengertian Homostatis adalah terwujudnya kondisi kehidupan dalam diri manusia yang tetap berada dalam keserasian dan keselarasan gerak dari fungsi – fungsi organ – organ fisik dan psikisnya.
Sebagai contoh dapat digambarkan sebagai berikut : “ Fungsi pengamatan yang bekerja menerima rangsangan dari luar, fungsi pikiran mengolah rangsangan yang dipertimbangkan oleh fungsi perasaan, kemudian didorong oleh fungsi kemauan dan dihidupkan oleh fungsi ingatan yang mendapatkan gerak balas ( RESPONS) dari fungsi nafsu.
Konsepsi Islam mengajarkan tenang hakikat manusia secara mendasar dalam Al – quran dan dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sunnahnya. Islam memandang bahwa manusia sebagai ciptaan Alloh SWT yang paling sempurna dan mulia terbentuk dari unsur jasmani dan rohani yang saling mempengaruhi dalam sepanjang hidupnya di dunia. Dalam perkembangannya , Alloh memberi kelengkapan – kelengkapan dasar (POTENSI DASAR) yang dapat dibina dan dikembangkan setinggi mungkn melalui proses pendidikan.
Kemampuan dasar inilah yang disebut dengan fitrah.. Di dalam kerangka fitrah itu terdapat komponen – komponen psikologis yang saling memperkokoh dalam proses perkembangannya menuju ke arah kapasitas yang optimal. Dan diantara komponen fitrah tersebut adalah :
1.Potensi Beragama ( FITRAH DINIYAH ). Oleh Carl Gustav Jung disebut dengan NATURALITER RELIGIOSA. Hal ini dijelaskan dalam firman Alloh dalam Al – qur’an Surat ArRum ayat 30.



                          
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
[1168] fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

2.potensi Intelektual ( KECERDASAN ) sebagai dasar untuk berpikir kreatif dan inovatif.
3.Potensi untuk hidup Bermasyarakat ( NALURI SOSIALITAS )
4.Potensi Nafsu ( baik atau buruk ) yang bersifat menggerakkan.
5.Potensi Berkembang

Atas dasar itulah maka manusia dapat dididik dan mendidik yang diberi kelengkapan – kelengkapan berupa alat panca indra, hati dan akal pikiran.
Mengapa pendidikan itu penting utnuk manusia ? jawabnya adalah manusia oleh Alloh SWT diberi suatu kecenderungan 2 arah berlawanan yaitu ke arah kebaikan atau taqwa dan satunya lagi ke arah keburukan atau kemingkaran. Untuk menjadi anusia yang baik dan bertaqwa, proses pendidikan sangat berperan besar sekali, sehingga dapat dikatakan tidak mungkin secara manusiawi seseorang manusia bias menjadi orang baik, saleh, beriman dan bertaqwa tanpa melalui tahapan proses pendidikan.

II. Definisi Peserta Didik
Menurutt Rupert C. Lodge, “ Pendidikan itu diartikan sebagai kehidupan dan kehidupan itu adalah pendidikan ( EDUCATION IS LIFE AND LIFE IS EDUCATION ) ’. Artnya pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan merupakan satu keharusan bagi manusia untuk meningkatkan harkat dan martabat serat kualitas hidupanya. Hal ini dibenarkan oleh Filosuf Jerman, Immanuel Kant. Beliau berpendapat bahwa hanya manusialah yab\ng dapat menjadi manusi karena pendidikan. Jika manusia tidak mendidik dan tidak dididik atau tidak memperlukan pertolongan dan tidak ditolong sejak kelahirannya,maka ia tidak akan menjadi sesosok manusia dalam arti luas.
Hal ini ada faktanya pada tahun 1967 di Halamahera Utara ada seseorang anak gadis kecil yang ditemukan oleh camat setempat yang sedang bertugas melakukan keunjungan ke desa tersebut berada satu kandang dengan seekor babi. Gadis kecil malang ini sejak bayinya sudah berada di kandang babi tersebut, karena sangat nakal dan menyusahkan ibunya. Apa yang terjadi dengan gadis tersebut ? ternyata maaf tingakah lakunya seperti penghuni kandang tersebut juga.
Cocok sekali dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya : “ tiap – tiap bayi itu dilahirkan dalm keadaan suci, maka tergantung orang tuanya menjadikan ia nasrani, yahudi, atau majusi.” ( HR. Bukhori )

Dengan berpijak pada paradigma “ belajar sepanjang masa “ maka sebutan individu yang menuutut ilmu adalah peserta didik. Cakupan peserta didik lebih luas karena tidak hanya melibatkan anak – anak, akan tetapi juga pada orang – orang dewasa.
Definisi peserta didik dalam agama Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang secara psikologis, sosial dan religius dalam mengarungi kehidupan dunia akhirat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa definisi peserta didik adalah orang yangdikenai proses pengubahan sikap dan tata laku melalui upaya pengajaran dan latihan.


Sedangkan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendididkan Nasional, pada pasal 1 ayat 4 dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan, jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Istilah – istilah peserta didik itu banyaksekali. Diantara beberapa istilah peserta didik tersebut adalah :
1.SISWA
Siswa atau siswi adalah istilah peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
2.MAHASISWA
Adalah istilah peserta didik apada jenjang pendidikan tinggi
3.Warga Belajar
Istilah ini dipakai pada jalur pendidikan non formal seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM )
4.PELAJAR
Istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendididkan formal ingkat dasar maupun menengah
5.MURID
Murid adalah istilahlain peserta didik di bidang tasawuf
6.SANTRI
Istilah lain peserta didik pada jalur pendidikan non formal,khususnya pesantren atau sekolah salafiyah.
III. Ciri – ciri / Karakteristik Peserta Didik
Dalam aktivitas pendidikan manapun, peserta didik merupakan sasaran ( obyek ) dan sekaligus sebagai subyek pendidikan. Kesalahan dalam memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan. Oleh sebab itu dalam memahami hakikat peserta didik, para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang cirri – cirri atau karakteristik peserta didik.
Setidaknya secara umum peserta didik memiliki cirri – cirri sebagai berikut :
1.Peserta didik bukan miniatur orang dewasa,ia memiliki dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak boleh disamakan orang dewasa.
2.Peserta didik dalam keadaan berdaya,maksudnya ia dalam keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan,kemauan dan sebagainya.
3.Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.
4.Peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda pada segi fitrah ( ENDOGEN ) dan segi Lingkungan ( EKSOGEN )
5.ingin menjadi diri sendiri ( memperoleh kekuatan )
6.Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitar dengan potensi – potensi dasar yang dimiliki secara individu.
7.Peserta didik merupakan subyek dan obyek sekaligus dalam pendidikan.
8.Peserta didik dipandang sebagai kesatuan system manusia.
IV. Kepribadian Peserta Didik
Kata kepribadian berasal dari kata pribadi yang maknanya sesuatu yang bersifat perseorangan atau individu. Menurut W.J.S. Poerwodarminto dalam Kamus Umum Indonesia hal. 768, kepribadian adalah keadaan manusia sebagai perseorangan atau keseluruhan sifat – sifat yang merupakan watak seseorang.
Definisi kepribadian adalah susunan ataupun gambaran kejiwaan atau psikis serta moral yang tampil dalam bentuk tingkah laku ysng dapat diamati secara lahiriah dalam pergaulan bersama. Penampilan seseorang dalam pergaulannya dapat dijadikan indicator tentang keadaan kepribadiannya.
Setiap manusia terdiri dari unsur – unsur :
a.Sifat – sifat yang berjumlah 18.000 jumlah
b.Struktur jasmani yang berbeda
c.Tipe tubuh yang berlainan
d.Lingkungan yang tidak sama
e.Agama atau keyakinanyang dianutnya.
Ke lima unsur kepribadian ini dalam diri seseorang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi tanda kekhususan bagiseseorang. Sebab itulah diantara satu orang dengan orang yagng lain tidak ada 2 kepribadian yang persis sama, walaupun berasal dari satu keturunan dan kembar sejenis.
Pada orang dewasa bentuk kepribadiannya dapat dikatakan sudah menetap,dan tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Lain halnya dengan peserta didik. Dalam diri peserta didik kepribadiannya sedang berkembang dan mencari bentuk. Untuk menemukan kepribadiannya, perlu dibentuk dengan nilai - nilai agama yang dapat mewarnai kepribadiannya.
Tokoh psikologi terkenal bernama C. G. Jung mengatakan bahwa ada 2 tipe kepribadian manusia yang menonjol yaitu :
1.KEPRIBADIAN INTROVET
Kepribadian ini adalah kepribadian yang sangat cenderung menjauhkan diri dari pergaulan bersama. Ia lebih senang menyendiri dari pada bersama – sama.
Peserta didik bertipe introvet memiliki cirri – cirri kurang suka bergaul dan cenderung mengunci diri dari lingkungan social, dirinya dijadikan ukuran, dan ia suka mengkritik keadaan yang tidak cocok dengan akunya.
Faktor – faktor yang menyebabkan seseorang menjadi ini adalah :
Lingkungan sosial yang tidak mendukung perkembangannya
Cacat jasmani
Anak tunggal satu – satunya yang berjenis kelamin seperti dia ( laki – laki atau perempuan ) di lingkungannya.
Terlalu bodoh
Terlalu pintar
Terlalu cantik
Kaya
Dimanja sejak kecil dan sebagainya
Tipe ini ketika dewasa agak sulit mengubahnya menjadi Ekstrovet. Kemungkinan besar ia akan menjadi seseorag yang egoistis, kurang mengindahkan lingkungan. Akibat lebih jauh lagi adalah menentang lingkungan.
2.KEPRIBADIAN EKSTROVET
Kepribadian yang bertipe ini adalah kepribadian yang cenderung mempunyai sikap jiwa terbuka terhadap dunia luar.
Orang – orang bertipe ini memiliki kepribadian yang mudah bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain. Baginya lingkunganlah yang menjadi acuan. Ia secara otomatis mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Ia cepat dapat memahami lingkungan dan tanggap. Sikap sosialnya tinggi, karena ia lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya. Ia cepat terkenal dilingkungannya. Sifat humoritasnya menyebabkan orang lain tertarik kepadanya.
Umumnya orang – orang kepribadiann ini bersifat periang, tidak pendendam, suka bergaul, obyektif, cerdas dan penyabar. Ia cepat melakukan intropeksi diri bila bersalah dan segera minta maaf.
Peserta didik yang bertipe ekstrovet ini menghasilkan kelas yang hidup di dalam endidikan.
KEPRIBADIAN AMBIVET
Kepribadian bertipe ini adalah kepribadian yang dalam dirinya terdapat tipe introvet dan tipe ekstrovet. Hanya saja salah satunya yang agak menonjol, maka dinisbahkan kepadanya.
Manusia yang normal adalah manusia yang termasuk dalam tipe ambivet ini.
V. Jenis – jenis Peserta Didik
Peserta didik itu klasifikasi jenis – jenisnya itu bermacam – macam. Tergantung dari sudut mana kita memandang hal terebut. Diantara sudut pandang tersebut adalah :
1.Perkembangan dan Unsur – Unsur
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses bimbingan dan pengarahan yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik ke arah pertumbuhan dan kperkembangan dasar atau pembawaan sampai pada titik optimalnya.
Pertumbuhan dan perkembangan kemampuan tersebut berlangsung secara bertahap yang berbeda – beda intensitas dan eksensitasnya bagi masing – masing individu peserta didik.
Peserta didik mengikuti periode – periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya.
Periodesasi peserta didik pada dasarnya dapat terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
1.Fase Kanak – Kanak / AL – THIFL / SHABI ( 0 tahun – 7 tahun )
Pada fase ini manusia terus tumbuh secara berangsur – angsur, disertai dengan pertumbuhan potensi akal, potensi biologis, paedagonis dan psikologis.
Selama rentang waktu ini, anak sangat dipengaruhi sekali oleh pendidikan dan lingkungan. Dua faktor ini menyatu dengan pengaruh hereditas menjadi kumpulan faktor – faktor yang nantinya akan menentukan kepribadiannya, perilakunya dan kecerdasannya
2.Fase Sekolah ( 7 tahun – 14 tahun )
Pada tahapan ini anak sudah mulai mampu belajar dan mampu mengikuti perkataan sampai akhir fase ini.
3.Fase Pubertas / MURAHAQOH ( 14 tahun – 23 tahun )
Pada fase ini masa pubertas yang sesungguhnya itu tbagi menjadi 3 fase yaitu :
a.Pra Pubertas : Wanita ( 12 tahun – 13 tahun )
Laki – laki ( 13 tahun – 14 tahun )
b. Pubertas : Wanita ( 13 tahun – 18 tahun )
Laki – laki ( 14 tahun – 18 tahun )
c. Adolesen : Wanita ( 18 tahun – 21 tahun )
Laki – laki ( 19 tahun – 23 tahun
Pada tahapan ini ditemukan beberapa hal dibawah ini ;
1.Penemuan sifst – sifat khusus
2.terjadi sifat pertentangan ( dua emosi belum seimbang / sering goyah )
3.transisi dari fase kanak –kanak atau sekolah menuju fase dewasa
4.Dalam tahapan ini dipenuhi oleh pengalaman
5.Lebih dikuasai perasaan yang dominan dengan pengalaman ini, membentuk kepribadian yang akan datang
6.Peserta didik diberi pengetahuan tentang masalah seks yang sehat dan islami
Ada lagi suatu pandangan bahwa peserta didik mengalami tingkatan proses kehidupan melalui :
1.Bayi di sebagian waktunya digunakan untuk makan, minum dan tidur
2.fase kanak – kanak aktivitasnya bermain
3.Anak- anak aktivitasnya sosialisasi diluar lingkungan keluarga
4.Pemuda mengalami pertumbuhan dan perkembangan ke arah sempurna
5.Tingkatan dewasa segala aktivitasnya harus dipertanggung jawabkan




2. Status dan Tingkat Kemampuan
Kedewasaan adalah peerta didik sudah bertanggung jawab atas keadaan dirinya baik secara psikologis, paedagonis, sosiologis, dan biologis.
Macam – macam kedewasaan adalah ;
Psikologis
Paedagonis
Biologis
Berdasarkan tingkat kemampuan atau kecerdasan seseorang atau IQ ( INTELEGENCY QUALITY ) dapat dibagi menjadi 3 hal :
1.Super normal
2.Normal
3.Sub normal
Sementara itu ahli lain membagi tingkatan IQ seseorang lebih terperinci lagi, yaitu :
1. Genius IQ ( 140 Keatas )
2. Super Normal Gifled IQ ( 130 – 140 )
4.Superior IQ ( 110 – 130 )
5.Derajat Normal IQ ( 90 – 110 )
6.Sub Normal / NORMAL BERDURLINE IQ ( 70 – 90 )
7.Debil IQ ( 50 – 70 )
8.Sub normal insibil IQ ( 25 – 50 )
9.Idiot IQ ( 20 – 25 )
Menurut Sams Ibani & dkk dalam bukunya pengantar pendidikan anak luar biasa, status dan peserta didik ada 3, yaitu adalah ;
1.Kelainan social
2.Jasmaniyah
3.Mental
VI. Sifat dan Etika Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen penting dalam pendidikan yang menjadi sasaran atau obyek tindak mendidik pada perubahan tingkah lakudan cara berfifir.
Sifat dan etika peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakann dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak.
Adapun etika peserta didik menurut Al – Ghazali dalam kitab masyhurnya Ihya’ Ulumuddin menerangkan bahwa etika peserta didik ada 7 pokok yaitu :
1.Memulai berakhlaq dengan membersihkan jiwa dari akhlaq madzmumah
2.Menghindari diri dari kesibukan yand dapat mengganggu masuknya ilmu
3.Tidak sombong dalam menuntut ilmu dan patuh kepada pendidik
4.Peserta didik pemula tidak meniggalkan mempelajari ilmu terpuji
5.Mempelajari ilmu atas secara prioritas dan sistematis
6.Maksud mempelajari ilmu dalam jangka pendek untuk untuk memperbaiki batiniyah, sedangkan jangka panjang untuk taqorrub Alloh SWT
7.Klafisikasi ilmu adalah :
a.Ilmu tentsng tsqarrub Alloh SWT
b.Ilmu tentang kitab – kitab Alloh SWT
c.Ilmu tentang Rasul Alloh SWT
d.Ilmu yang berhubungan dengan pembahasan prioritas ini
Dalam bab V pasal 12, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa :
1.Hak – hak setiap peserta didik adalah ;
a.Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama
b.Mendapat pelayanan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya
c.Mendapat bea siswa bagi yang berprestasi
d.Mendapat biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu
e.Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan yang setara.
f.Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan keceatan belajar masing- masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
2.Kewajiban Peserta Didik adalah ;
a.Menjaga norma – norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses KBM dan keberhasilan pendidikan
b.Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan kecuali bagi peserta didik yang dibebasakn dar kewajiban tersebut sesuai peratursan yang berlaku.
VII. Penutup
Seorang pendidik memahami hakikat pesrta didik disertai seluk beluknya merupakan kajian yang sangat penting untuk dilakukan. Kesalahan dalam memahami atu kurangnya pemahaman terhadap hakikat peserta didik menimbulkan kegagalan dalam proses pendidikan.
Peserta didik merupakan individu yang akan dipenuhi kebutuhan ilmu.pengetahuan, sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan tadi.
Keberhasilan pendidik dalam proses pendidikan adalah apabila ia telah mencapai hasil yang paling tinggi,yaitu peserta didik telah menjadi gurunya mereka sendiri yang terbaik, yang dengan sadar membuat kondisi untuk mengubah tingkah laku mereka ke arah tujuan mereka sendiri. Sinkronisasi antara pendidik dan peserta didik akan mewujudkan proses pendidikan yang berhasil.




















Referensi :
Sejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia lahir dari organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama’ (NU). Pada tanggal 17 April 1960. ide lahirnya PMII lahir dari hasrat yang kuat dari kalangan mahasiswa NU untuk membentuk sebuah organisasi yang menjadi tempat berkumpul dan beraktifitas bagi mereka. Akan tetapi karena pada waktu itu sudah berdiri Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU), sementara anggota dan pengurusnya banyak yang dari mahasiswa maka para mahasiswa NU banyak yang bergabung dengan IPNU. Sebenarnya keinginan untuk membentuk sebuah organisasi sudah ada sejak Muktamar II IPNU tahun 1959 di Pekalongan Jawa Tengah, akan tetapi belum mendapat respon yang serius, karena IPNU sendiri pada waktu itu masih memerlukan pembenahan, dalam proses IPNU yang masih dalam proses establish dikhawatirkan tidak ada yang mengurusi. Karena IPNU dianggap tidak mampu menampung aspirasi mahasiswa NU pada waktu itu. Pertama, kondisi objektif antara keinginan dan harapan mahasiswa serta dinamika yang terjadi berbeda dengan keinginan para pelajar. Kedua, dengan hanya membentuk departemen dalam IPNU mahasiswa NU tidak bisa masuk PPMI Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia, karena PPMI hanya menampung ormas mahasiswa.

Puncak dari perhelatan dibentuk tidaknya organisasi mahasiswa NU adalah ketika IPNU menyelenggarakan konferensi besar pada tanggal 14-17 Maret 1960 diKaliurang Yogyakarta. Diawali oleh Isma’il Makky selaku ketua departemen Perguruan Tinggi (IPNU) dan M. Hartono, BA (mantan Wakil Pimpinan usaha Harian Pelita Jakarta), akhirnya forum konferensi membuat keputusan tentang perlunya didirikan organisasi mahasiswa NU. Lalu dibentuklah panitia sponsor pendiri yang beranggotakan 14 orang, yang dilanjutkan dengan musyawarah mahasiswa NU yang diselenggarakan di Surabaya, yang sebelumnya PBNU sudah merestui. Dan pada tanggal 17 April 1960 secara sah PMII dinyatakan berdiri dan H. Mahbub Djunaidi dinyatakan sebagai ketua terpilih.

  1. Unsur pemikiran yang ditonjolkan pada organisasi yang akan berdiri pada waktu itu adalah:


  2. Mewujudkan adanya kedinamisan sebagai organisasi mahasiswa, khususnya karena pada waktu itu situasi nasional sedang diliputi oleh semangat revolusi.


  3. Menampakkan identitas ke-Islaman sekaligus sebagai konsepsi lanjutan dari NU yang berhaluan ahlu sunnah wal jamaah juga berdasarkan perjuangan para wali di pulau jawa yang telah sukses dengan dakwahnya. Mereka sangat toleran atas tradisi dan budaya setempat. Sehingga dengan demikian ajaran-ajarannya bersifat akomodatif.

  4. Memanifestasikan nasionalisme sebagai semangat kebangsaan, karenanya nama Indonesia harus tercantum.

Independensi dan pencarian jati diri
Jatuhnya orde lama dan naiknya Soeharto sebagai rezim orde baru membawa kepada perubahan politik dan pemerintahan yang cukup signifikan setelah Soekarno sebelumnya membubarkan Masyumi, orde baru juga berobsesi untuk mengurangi partai politik yang berbau ideologi dengan mendirikan partai untuk menopang keuasaannya sendiri. Kebijakan pemerintahan orde baru diatas telah menempatkan pemerintahan sebagai wilayah kauasaan yang tidak bisa dijamah dan dikritisi oleh masyarakat.
Fenomena diatas menuntut PMII mampu melakukan pembacaan secara jeli tentang dirinya ditengah upaya pemerintah untuk melakukan upaya-upaya pengkerdilan terhadap setiap komponen masyarakat-bangsa termasuk partai politik selain golkar. Dari hasil pembacaan itu bahwa apabila PMII tetap bernaung dibawah NU yang masih berada pada wilayah politik praktis, maka PMII akan mengalami kesulitan untuk berkembang sebagai ormas mahasiswa. Atas dasar pertimbangan inilah pada MUBES V tanggal 14 Juli 1972 di Munarjati Malang, PMII memutuskan untuk menjadi organisasi yang independen yang tertuang dalam deklarasi Munarjati. Dengan ini PMII sebagai tidak terikat pada sikap dan tindakan siapapun dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi serta cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan pancasila.
Pada periode 1980-an PMII yang mulai serius masuk dan melakukan pembinaan di perguruan tinggi menemukan kesadaran baru dalam menentukan pilihan dan corak gerakannya. Bersamaan dengan Khittah 1926 NU pada tahun 1984 dan diterimanya pancasila sebagai asas tunggal, PMII telah membuat pilihan-pilihan peran yang cukup strategis. Dikatakan strategis karena menentukan pilihan pada tiga hal yang penting, yaitu:

  1. PMII memberikan prioritas pada upaya pengembangan intelektualitas.


  2. PMII menghindari keterlibatannya dengan politik praktis, baik secara langsung atau tidak, dan bergerak pada wilayah pemberdayaan Civil Society.

  3. Memilih mengembangkan paradigma kritisisme terhadap negara. Pilihan-pilihan tersebut membuat PMII selalu berjarak dengan struktur-struktur kekuasaan politik maupun pemerintahan.



Langsung ke: navigasi, cari


Lambang PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. PMII berdiri tanggal 17 April 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda NU (meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU). Di antara pendirinya adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalis sekaligus politikus legendaris).



[sunting] Latar belakang pembentukan PMII

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama'ah. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:

  1. Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.


  2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.


  3. Pisahnya NU dari Masyumi.


  4. Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.

  5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota bene HMI adalah underbouw-nya.
Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah.

[sunting] Organisasi-organisasi pendahulu

Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa'il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.
Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma'il Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.

[sunting] Konferensi Besar IPNU

Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantisa muncul dan mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:
A. Khalid Mawardi (Jakarta)
M. Said Budairy (Jakarta)
M. Sobich Ubaid (Jakarta)
Makmun Syukri (Bandung)
Hilman (Bandung)
Ismail Makki (Yogyakarta)
Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
Laily Mansyur (Surakarta)
Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
Hizbulloh Huda (Surabaya)
M. Kholid Narbuko (Malang)
Ahmad Hussein (Makassar)
Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbulloh Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri untuk sowan ke Ketua Umum PBNU kala itu, KH. Idham Kholid

Deklarasi Pergerakan_Mahasiswa_Islam_Indonesia
Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang,Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat tu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ apakah perhimpunan atau persatuan. Akhirnya disepakati huruf "P" merupakan singkatan dari Pergerakan sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah.

Independensi_PMII Pergerakan_Mahasiswa_Islam_Indonesia
Independensi PMII Pada awal berdirinya PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat dengan segala garis kebijaksanaan partai induknya, NU. PMII merupakan perpanjangan tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selanjuttnya sejak dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru mulai mengkerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas, dan issue back to campus serta organisasi- organisasi profesi kepemudaan mulai diperkenalkan melalui kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya pemikiran realistis. 14 Juli 1971 melalui Mubes di Murnajati, PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkanlah Manifest Independensi PMII.
Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari faham Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan ciri khas NU. Ini berarti secara kultural- ideologis, PMII dengan NU tidak bisa dilepaskan. Ahlussunnah wal Jamaah merupakan benang merah antara PMII dengan NU. Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain.
Keterpisahan PMII dari NU pada perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara organisatoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada hakekat keduanya susah untuk direnggangkan.

"Makna_Filosofis" Pergerakan_Mahasiswa_Islam_Indonesia]
Makna Filosofis Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalahIslam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma Ahlussunah_wal_jamaah ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).
Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa Pancasilaserta UUD_45

Nilai Dasar Pergerakan (NDP)

NDP adalah nilai-nilai yang secara mendasar mensublimasi nilai-nilai ke-Islam-an (seperti, kemerdekaan/al-hurriyah, perasaan/al-musawa, keadilan, toleran, damai dan lain-lain) dan ke-Indonesia-an (keberagaman suku, agama dan ras;beribu pulau persilangan budaya) dengan kerangka pemahaman ahlu sunnah wal jamaah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah, mendorong, serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII.
Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari dan memberi spirit elan vital pergerakan yang meliputi cakupan iman (aspek akidah), Islam (aspek syari’ah) dan Ihsan (aspek etika, akhlak dan tasawuf) dalam upaya memperoleh kesejahteraan hidup didunia dan akhirat, dan sebagai tempat semai dan tumbuh, ke-Indonesia-an memberi area berpijak, bergerak dan memperkaya proses aktualisasi dan dinamika pergerakan. Dalam upaya memahami, menghayati dan mengamalkan Islam tersebut, PMII menjadikan Ahlu Sunnah wal Jamaah sebagai manhaj al-Fikr sekaligus manhaj al-Taghayyur al-Ijtima’i (perubahan sosial) untuk mendekonstruksikan sekaligus merekonstruksi bentuk-bentuk pamahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran agama yang toleran humanis, anti kekerasan, dan Kritis-Transformatif.
Oleh karena itu:
NDP menjadi sumber kekuatan ideal/moral dari aktifitas pergerakan.
NDP menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dari kebebasan berfikir, berucap dan bertindak dalam aktufitas pergerakan. Dengan demikian diharapkan menjadi pribadi Muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah berbudi luhur, berilmu, cakap, dan tanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya, serta komitmen atas cita-cita kemerdekaan rakyat Indonesia. Sosok yang dituju adalah sosok insan kamil Indonesia yang kritis, inovatif dan transformatif yang sadar Akan posisi dan perannya sebagai khalifah di muka bumi.

Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah
Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah hanya merupakan kelangsungan desain yang dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur-rasyidin. Namun sistem ini kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab Mu’tazilah pada abad ke II H.
Seorang Ulama’ besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari golongan At-Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah majlis ta’lim, tempat mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110 H. Di antara murid beliau, bernama Washil bin Atha’. Ia adalah salah seorang murid yang pandai dan fasih dalam bahasa Arab.
Pada suatu ketika timbul masalah antara guru dan murid, tentang seorang mu’min yang melakukan dosa besar. Pertanyaan yang diajukannya, apakah dia masih tetap mu’min atau tidak? Jawaban Al-Imam Hasan Al-Bashry, “Dia tetap mu’min selama ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi dia fasik dengan perbuatan maksiatnya.” Keterangan ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits karena Al-Imam Hasan Al-Bashry mempergunakan dalil akal tetapi lebih mengutamakan dalil Qur’an dan Hadits.
Dalil yang dimaksud, sebagai berikut; pertama, dalam surat An-Nisa’: 48;

اِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُاَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُمَادُوْنَ ذلِكَ ِلمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِافْتَرَى اِثْمًاعَظِيْمًا النساء : 48

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa seseorang yang berbuat syirik, tetapi Allah mengampuni dosa selian itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang mempersekutukan Tuhan ia telah membuat dosa yang sangat besar.”
Kedua, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

عَنْ اَبِى ذَرٍ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتِانِى اتٍ مِنْ رَبىِ فَأَخْبَرَنِى اَنَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ اُمَّتِى لاَيُشْرِكُ بِاللهِ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. قُلْتُ: وَاِنْ زَنىَ وَاِنْ شَرَقَ. قَالَ وَاِنْ زَنىَ وَاِنْ سَرَقَ رواه البخارى ومسل

“Dari shahabat Abu Dzarrin berkata; Rasulullah SAW bersabda: Datang kepadaku pesuruh Allah menyampaikan kepadamu. Barang siapa yang mati dari umatku sedang ia tidak mempersekutukan Allah maka ia akan masuk surga, lalu saya (Abu Dzarrin) berkata; walaupun ia pernah berzina dan mencuri ? berkata (Rasul) : meskipun ia telah berzina dan mencuri.” (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim).

فَيَقُوْلُ وَعِزَّتِى وَجَللاَ لِى وَكِبْرِيَانِى وَعَظَمَتِى لأَُخْرِجَنَّ مِنْهَا مَنْ قَالَ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ. رواه البخارى

“Allah berfirman: Demi kegagahanku dan kebesaranku dan demi ketinggian serta keagunganku, benar akan aku keluarkan dari neraka orang yang mengucapkan; Tiada Tuhan selain Allah.”
Tetapi, jawaban gurunya tersebut, ditanggapi berbeda oleh muridnya, Washil bin Atha’. Menurut Washil, orang mu’min yang melakukan dosa besar itu sudah bukan mu’min lagi. Sebab menurut pandangannya, “bagaimana mungkin, seorang mu’min melakukan dosa besar? Jika melakukan dosa besar, berarti iman yang ada padanya itu iman dusta.”
Kemudian, dalam perkembangan berikutnya, sang murid tersebut dikucilkan oleh gurunya. Hingga ke pojok masjid dan dipisah dari jama’ahnya. Karena peristiwa demikian itu Washil disebut mu’tazilah, yakni orang yang diasingkan. Adapun beberapa teman yang bergabung bersama Washil bin Atha’, antara lain bernama Amr bin Ubaid.
Selanjutnya, mereka memproklamirkan kelompoknya dengan sebutan Mu’tazilah. Kelompok ini, ternyata dalam cara berfikirnya, juga dipengaruhi oleh ilmu dan falsafat Yunani. Sehingga, terkadang mereka terlalu berani menafsirkan Al-Qur’an sejalan dengan akalnya. Kelompok semacam ini, dalam sejarahnya terpecah menjadi golongan-golongan yang tidak terhitung karena tiap-tiap mereka mempunyai pandangan sendiri-sendiri. Bahkan, diantara mereka ada yang terlalu ekstrim, berani menolak Al-Qur’an dan Assunnah, bila bertentangan dengan pertimabangan akalnya.
Semenjak itulah maka para ulama’ yang mengutamakan dalil al-Qur’an dan Hadits namun tetap menghargai akal pikiran mulai memasyarakatkan cara dan sistem mereka di dalam memahami agama. Kelompok ini kemudian disebut kelompok Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah. Sebenarnya pola pemikiran model terakhir ini hanya merupakan kelangsungan dari sistem pemahaman agama yang telah berlaku semenjak Rasulullah SAW dan para shahabatnya.

Ahlu Sunnah wa al-Jamaah Sebagai Manhaj al-Fikr atau Mazhab?
Berfikir jernih, luwes dan kreatif tanpa tedeng aling-aling adalah sebuah cita-cita luhur intelektual muda NU yang menyerap banyak literatur baru dalam hidupnya. Sebuah usaha yang mendapat kecaman hebat dari para kyai berkaitan dengan tradisi lama yang dibangun.
Konsep Ahlussunnah wal Jama’ah adalah satu dari banyak objek pemikiran yang ingin dilacak kebenarannya oleh intelektual muda tersebut. Benarkah pemahaman Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah kita saat ini? Adakah ia sebuah tradisi yang tak bisa diberantas (Aqidah) atau hanyalah sebuah pemikiran yang debatable?
Apapun ia, tentunya menjadi sebuah hal yang unik dan menarik untuk dibicarakan. Betapa tidak? Ketika para intelektual muda NU bergeliat mencari makna kebenaran Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah yang dikultuskan dan menjadi unthoughtable para kiai justru akhirnya merasa terancam eksistensinya. Ada apa dibalik semua ini? Said Aqil Siradj, seorang pemikir muda NU yang banyak menyoroti tentang hal ini dan akhirnya mendapatkan nasib yang sama dengan sesama intelektualis mendasarkan bahwa hapuslah asumsi awal yang menyatakan ini sebagai madzhab pokok.
Dalam beberapa runutan pemikiran berikutnya, ia banyak menjelaskan bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah lahir dengan sebab bahwa ini adalah pondasi ideologi yang tak bisa ditawar-tawar. Pemahaman ini kemudian dikembalikan dengan watak asli Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah yang memberikan otoritas penuh kepada ulama untuk mempertahankan ilmu dan hak atas menafsirkan agama dari kesembronoan anak muda. Sebuah bangunan pengetahuan yang dibenturkan dengan prinsip berfikir yang tawassuth (Moderat), tawazun (keseimbangan), dan ta’adul (keadilan) yang menjadi pembuka wacana inteletualitas ditubuh NU.
Satu kesimpulan awal yang diambil dari pemaparan diatas adalah para ulama merasa jijik dengan pembaharuan yang berefek pada pengutak-atikan ideologi yang diajarkan sebagai pondasi awal di pesantren berbasis NU. Jika dilakukan hal demikian, hancurlah pondasi yang selama ini dibangun, selain pengkultusan yang juga akan hilang begitu saja, sebuah penghormatan tinggi kepada kiai.
Berkembangnya dugaan bahwa ini terjadi karena tradisi Islam yang ada juga masih menimbulkan pertanyaan, karena Islam bukan lahir di Indonesia tetapi tersebar sampai ke negara ini. Maka, kemudian yang terjadi adalah bahwa Islam mengelaborasikan diri terhadap tradisi bangsa ini dengan meng-Islam-kan beberapa diantaranya. Persinggungan inipun menjadi sebuah masalah, bukan hanya karena belum berhasilnya menghilangkan rasa ketradisian yang asli, tetapi juga pada sebuah pertanyaan apakah sebuah tradisi Islam yang ada adalah tradisi asli dari bangsa Arab? atau jangan-jangan sudah terakulturasi dengan budaya Gujarat?. Hal ini menjadi sebuah pemikiran serius tersendiri dalam mencapai sebuah kebenaran.
Lebih lanjut, konstruksi pemikiran yang ada sejatinya haruslah dihapuskan jika memang mau membahas konsep Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah dengan lebih komprehensip. Kalau tidak, yang ada adalah stempelisasi. Pemurtadan terhadap ideologi yang ada, karena mengutak-atik yang dianggap tak akan bersalah dan tak dapat disalahkan. Pemahaman yang sejati tentang makna Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah dan perdebatannya memang diakui haruslah dimulai dari sebuah asumsi bahwa ia adalah sebuah Manhaj al-Fikr (metode berpikir), bukan madzab yang berkarakteristik sebagaimana di atas.


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Sejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia lahir dari organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama’ (NU). Pada tanggal 17 April 1960. ide lahirnya PMII lahir dari hasrat yang kuat dari kalangan mahasiswa NU untuk membentuk sebuah organisasi yang menjadi tempat berkumpul dan beraktifitas bagi mereka. Akan tetapi karena pada waktu itu sudah berdiri Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU), sementara anggota dan pengurusnya banyak yang dari mahasiswa maka para mahasiswa NU banyak yang bergabung dengan IPNU. Sebenarnya keinginan untuk membentuk sebuah organisasi sudah ada sejak Muktamar II IPNU tahun 1959 di Pekalongan Jawa Tengah, akan tetapi belum mendapat respon yang serius, karena IPNU sendiri pada waktu itu masih memerlukan pembenahan, dalam proses IPNU yang masih dalam proses establish dikhawatirkan tidak ada yang mengurusi. Karena IPNU dianggap tidak mampu menampung aspirasi mahasiswa NU pada waktu itu. Pertama, kondisi objektif antara keinginan dan harapan mahasiswa serta dinamika yang terjadi berbeda dengan keinginan para pelajar. Kedua, dengan hanya membentuk departemen dalam IPNU mahasiswa NU tidak bisa masuk PPMI Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia, karena PPMI hanya menampung ormas mahasiswa.

Puncak dari perhelatan dibentuk tidaknya organisasi mahasiswa NU adalah ketika IPNU menyelenggarakan konferensi besar pada tanggal 14-17 Maret 1960 diKaliurang Yogyakarta. Diawali oleh Isma’il Makky selaku ketua departemen Perguruan Tinggi (IPNU) dan M. Hartono, BA (mantan Wakil Pimpinan usaha Harian Pelita Jakarta), akhirnya forum konferensi membuat keputusan tentang perlunya didirikan organisasi mahasiswa NU. Lalu dibentuklah panitia sponsor pendiri yang beranggotakan 14 orang, yang dilanjutkan dengan musyawarah mahasiswa NU yang diselenggarakan di Surabaya, yang sebelumnya PBNU sudah merestui. Dan pada tanggal 17 April 1960 secara sah PMII dinyatakan berdiri dan H. Mahbub Djunaidi dinyatakan sebagai ketua terpilih.

  1. Unsur pemikiran yang ditonjolkan pada organisasi yang akan berdiri pada waktu itu adalah:


  2. Mewujudkan adanya kedinamisan sebagai organisasi mahasiswa, khususnya karena pada waktu itu situasi nasional sedang diliputi oleh semangat revolusi.


  3. Menampakkan identitas ke-Islaman sekaligus sebagai konsepsi lanjutan dari NU yang berhaluan ahlu sunnah wal jamaah juga berdasarkan perjuangan para wali di pulau jawa yang telah sukses dengan dakwahnya. Mereka sangat toleran atas tradisi dan budaya setempat. Sehingga dengan demikian ajaran-ajarannya bersifat akomodatif.

  4. Memanifestasikan nasionalisme sebagai semangat kebangsaan, karenanya nama Indonesia harus tercantum.

Independensi dan pencarian jati diri
Jatuhnya orde lama dan naiknya Soeharto sebagai rezim orde baru membawa kepada perubahan politik dan pemerintahan yang cukup signifikan setelah Soekarno sebelumnya membubarkan Masyumi, orde baru juga berobsesi untuk mengurangi partai politik yang berbau ideologi dengan mendirikan partai untuk menopang keuasaannya sendiri. Kebijakan pemerintahan orde baru diatas telah menempatkan pemerintahan sebagai wilayah kauasaan yang tidak bisa dijamah dan dikritisi oleh masyarakat.
Fenomena diatas menuntut PMII mampu melakukan pembacaan secara jeli tentang dirinya ditengah upaya pemerintah untuk melakukan upaya-upaya pengkerdilan terhadap setiap komponen masyarakat-bangsa termasuk partai politik selain golkar. Dari hasil pembacaan itu bahwa apabila PMII tetap bernaung dibawah NU yang masih berada pada wilayah politik praktis, maka PMII akan mengalami kesulitan untuk berkembang sebagai ormas mahasiswa. Atas dasar pertimbangan inilah pada MUBES V tanggal 14 Juli 1972 di Munarjati Malang, PMII memutuskan untuk menjadi organisasi yang independen yang tertuang dalam deklarasi Munarjati. Dengan ini PMII sebagai tidak terikat pada sikap dan tindakan siapapun dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi serta cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan pancasila.
Pada periode 1980-an PMII yang mulai serius masuk dan melakukan pembinaan di perguruan tinggi menemukan kesadaran baru dalam menentukan pilihan dan corak gerakannya. Bersamaan dengan Khittah 1926 NU pada tahun 1984 dan diterimanya pancasila sebagai asas tunggal, PMII telah membuat pilihan-pilihan peran yang cukup strategis. Dikatakan strategis karena menentukan pilihan pada tiga hal yang penting, yaitu:

  1. PMII memberikan prioritas pada upaya pengembangan intelektualitas.


  2. PMII menghindari keterlibatannya dengan politik praktis, baik secara langsung atau tidak, dan bergerak pada wilayah pemberdayaan Civil Society.

  3. Memilih mengembangkan paradigma kritisisme terhadap negara. Pilihan-pilihan tersebut membuat PMII selalu berjarak dengan struktur-struktur kekuasaan politik maupun pemerintahan.



Langsung ke: navigasi, cari


Lambang PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. PMII berdiri tanggal 17 April 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda NU (meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU). Di antara pendirinya adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalis sekaligus politikus legendaris).



[sunting] Latar belakang pembentukan PMII

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama'ah. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:

  1. Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.


  2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.


  3. Pisahnya NU dari Masyumi.


  4. Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.

  5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota bene HMI adalah underbouw-nya.
Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah.

[sunting] Organisasi-organisasi pendahulu

Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa'il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.
Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma'il Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.

[sunting] Konferensi Besar IPNU

Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantisa muncul dan mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:

  1. A. Khalid Mawardi (Jakarta)


  2. M. Said Budairy (Jakarta)


  3. M. Sobich Ubaid (Jakarta)


  4. Makmun Syukri (Bandung)


  5. Hilman (Bandung)


  6. Ismail Makki (Yogyakarta)


  7. Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)


  8. Nuril Huda Suaidi (Surakarta)


  9. Laily Mansyur (Surakarta)


  10. Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)


  11. Hizbulloh Huda (Surabaya)


  12. M. Kholid Narbuko (Malang)

  13. Ahmad Hussein (Makassar)
Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbulloh Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri untuk sowan ke Ketua Umum PBNU kala itu, KH. Idham Kholid.

[sunting] Deklarasi

Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang,Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat tu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ apakah perhimpunan atau persatuan. Akhirnya disepakati huruf "P" merupakan singkatan dari Pergerakan sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah.

[sunting] Independensi PMII

Pada awal berdirinya PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat dengan segala garis kebijaksanaan partai induknya, NU. PMII merupakan perpanjangan tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selanjuttnya sejak dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru mulai mengkerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas, dan issue back to campus serta organisasi- organisasi profesi kepemudaan mulai diperkenalkan melalui kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya pemikiran realistis. 14 Juli 1971 melalui Mubes di Murnajati, PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkanlah Manifest Independensi PMII.
Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari faham Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan ciri khas NU. Ini berarti secara kultural- ideologis, PMII dengan NU tidak bisa dilepaskan. Ahlussunnah wal Jamaah merupakan benang merah antara PMII dengan NU. Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain.
Keterpisahan PMII dari NU pada perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara organisatoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada hakekat keduanya susah untuk direnggangkan.

[sunting] Makna Filosofis

Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).
Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.

[sunting] Pranala luar 


Nilai Dasar Pergerakan (NDP)


NDP adalah nilai-nilai yang secara mendasar mensublimasi nilai-nilai ke-Islam-an (seperti, kemerdekaan/al-hurriyah, perasaan/al-musawa, keadilan, toleran, damai dan lain-lain) dan ke-Indonesia-an (keberagaman suku, agama dan ras;beribu pulau persilangan budaya) dengan kerangka pemahaman ahlu sunnah wal jamaah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah, mendorong, serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII.
Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari dan memberi spirit elan vital pergerakan yang meliputi cakupan iman (aspek akidah), Islam (aspek syari’ah) dan Ihsan (aspek etika, akhlak dan tasawuf) dalam upaya memperoleh kesejahteraan hidup didunia dan akhirat, dan sebagai tempat semai dan tumbuh, ke-Indonesia-an memberi area berpijak, bergerak dan memperkaya proses aktualisasi dan dinamika pergerakan. Dalam upaya memahami, menghayati dan mengamalkan Islam tersebut, PMII menjadikan Ahlu Sunnah wal Jamaah sebagai manhaj al-Fikr sekaligus manhaj al-Taghayyur al-Ijtima’i (perubahan sosial) untuk mendekonstruksikan sekaligus merekonstruksi bentuk-bentuk pamahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran agama yang toleran humanis, anti kekerasan, dan Kritis-Transformatif. Oleh karena itu:

  • NDP menjadi sumber kekuatan ideal/moral dari aktifitas pergerakan.

  • NDP menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dari kebebasan berfikir, berucap dan bertindak dalam aktufitas pergerakan. Dengan demikian diharapkan menjadi pribadi Muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah berbudi luhur, berilmu, cakap, dan tanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya, serta komitmen atas cita-cita kemerdekaan rakyat Indonesia. Sosok yang dituju adalah sosok insan kamil Indonesia yang kritis, inovatif dan transformatif yang sadar Akan posisi dan perannya sebagai khalifah di muka bumi.
Sejarah Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah

Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah hanya merupakan kelangsungan desain yang dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur-rasyidin. Namun sistem ini kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab Mu’tazilah pada abad ke II H.
Seorang Ulama’ besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari golongan At-Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah majlis ta’lim, tempat mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110 H. Di antara murid beliau, bernama Washil bin Atha’. Ia adalah salah seorang murid yang pandai dan fasih dalam bahasa Arab.
Pada suatu ketika timbul masalah antara guru dan murid, tentang seorang mu’min yang melakukan dosa besar. Pertanyaan yang diajukannya, apakah dia masih tetap mu’min atau tidak? Jawaban Al-Imam Hasan Al-Bashry, “Dia tetap mu’min selama ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi dia fasik dengan perbuatan maksiatnya.” Keterangan ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits karena Al-Imam Hasan Al-Bashry mempergunakan dalil akal tetapi lebih mengutamakan dalil Qur’an dan Hadits.
Dalil yang dimaksud, sebagai berikut; pertama, dalam surat An-Nisa’: 48;

اِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُاَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُمَادُوْنَ ذلِكَ ِلمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِافْتَرَى اِثْمًاعَظِيْمًا النساء : 48

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa seseorang yang berbuat syirik, tetapi Allah mengampuni dosa selian itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang mempersekutukan Tuhan ia telah membuat dosa yang sangat besar.”
Kedua, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

عَنْ اَبِى ذَرٍ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتِانِى اتٍ مِنْ رَبىِ فَأَخْبَرَنِى اَنَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ اُمَّتِى لاَيُشْرِكُ بِاللهِ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. قُلْتُ: وَاِنْ زَنىَ وَاِنْ شَرَقَ. قَالَ وَاِنْ زَنىَ وَاِنْ سَرَقَ رواه البخارى ومسل

“Dari shahabat Abu Dzarrin berkata; Rasulullah SAW bersabda: Datang kepadaku pesuruh Allah menyampaikan kepadamu. Barang siapa yang mati dari umatku sedang ia tidak mempersekutukan Allah maka ia akan masuk surga, lalu saya (Abu Dzarrin) berkata; walaupun ia pernah berzina dan mencuri ? berkata (Rasul) : meskipun ia telah berzina dan mencuri.” (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim).

فَيَقُوْلُ وَعِزَّتِى وَجَللاَ لِى وَكِبْرِيَانِى وَعَظَمَتِى لأَُخْرِجَنَّ مِنْهَا مَنْ قَالَ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ. رواه البخارى

“Allah berfirman: Demi kegagahanku dan kebesaranku dan demi ketinggian serta keagunganku, benar akan aku keluarkan dari neraka orang yang mengucapkan; Tiada Tuhan selain Allah.”
Tetapi, jawaban gurunya tersebut, ditanggapi berbeda oleh muridnya, Washil bin Atha’. Menurut Washil, orang mu’min yang melakukan dosa besar itu sudah bukan mu’min lagi. Sebab menurut pandangannya, “bagaimana mungkin, seorang mu’min melakukan dosa besar? Jika melakukan dosa besar, berarti iman yang ada padanya itu iman dusta.”
Kemudian, dalam perkembangan berikutnya, sang murid tersebut dikucilkan oleh gurunya. Hingga ke pojok masjid dan dipisah dari jama’ahnya. Karena peristiwa demikian itu Washil disebut mu’tazilah, yakni orang yang diasingkan. Adapun beberapa teman yang bergabung bersama Washil bin Atha’, antara lain bernama Amr bin Ubaid.
Selanjutnya, mereka memproklamirkan kelompoknya dengan sebutan Mu’tazilah. Kelompok ini, ternyata dalam cara berfikirnya, juga dipengaruhi oleh ilmu dan falsafat Yunani. Sehingga, terkadang mereka terlalu berani menafsirkan Al-Qur’an sejalan dengan akalnya. Kelompok semacam ini, dalam sejarahnya terpecah menjadi golongan-golongan yang tidak terhitung karena tiap-tiap mereka mempunyai pandangan sendiri-sendiri. Bahkan, diantara mereka ada yang terlalu ekstrim, berani menolak Al-Qur’an dan Assunnah, bila bertentangan dengan pertimabangan akalnya.
Semenjak itulah maka para ulama’ yang mengutamakan dalil al-Qur’an dan Hadits namun tetap menghargai akal pikiran mulai memasyarakatkan cara dan sistem mereka di dalam memahami agama. Kelompok ini kemudian disebut kelompok Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah. Sebenarnya pola pemikiran model terakhir ini hanya merupakan kelangsungan dari sistem pemahaman agama yang telah berlaku semenjak Rasulullah SAW dan para shahabatnya.
Ahlu Sunnah wa al-Jamaah Sebagai Manhaj al-Fikr atau Mazhab?
Berfikir jernih, luwes dan kreatif tanpa tedeng aling-aling adalah sebuah cita-cita luhur intelektual muda NU yang menyerap banyak literatur baru dalam hidupnya. Sebuah usaha yang mendapat kecaman hebat dari para kyai berkaitan dengan tradisi lama yang dibangun.
Konsep Ahlussunnah wal Jama’ah adalah satu dari banyak objek pemikiran yang ingin dilacak kebenarannya oleh intelektual muda tersebut. Benarkah pemahaman Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah kita saat ini? Adakah ia sebuah tradisi yang tak bisa diberantas (Aqidah) atau hanyalah sebuah pemikiran yang debatable?
Apapun ia, tentunya menjadi sebuah hal yang unik dan menarik untuk dibicarakan. Betapa tidak? Ketika para intelektual muda NU bergeliat mencari makna kebenaran Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah yang dikultuskan dan menjadi unthoughtable para kiai justru akhirnya merasa terancam eksistensinya. Ada apa dibalik semua ini? Said Aqil Siradj, seorang pemikir muda NU yang banyak menyoroti tentang hal ini dan akhirnya mendapatkan nasib yang sama dengan sesama intelektualis mendasarkan bahwa hapuslah asumsi awal yang menyatakan ini sebagai madzhab pokok.
Dalam beberapa runutan pemikiran berikutnya, ia banyak menjelaskan bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah lahir dengan sebab bahwa ini adalah pondasi ideologi yang tak bisa ditawar-tawar. Pemahaman ini kemudian dikembalikan dengan watak asli Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah yang memberikan otoritas penuh kepada ulama untuk mempertahankan ilmu dan hak atas menafsirkan agama dari kesembronoan anak muda. Sebuah bangunan pengetahuan yang dibenturkan dengan prinsip berfikir yang tawassuth (Moderat), tawazun (keseimbangan), dan ta’adul (keadilan) yang menjadi pembuka wacana inteletualitas ditubuh NU.
Satu kesimpulan awal yang diambil dari pemaparan diatas adalah para ulama merasa jijik dengan pembaharuan yang berefek pada pengutak-atikan ideologi yang diajarkan sebagai pondasi awal di pesantren berbasis NU. Jika dilakukan hal demikian, hancurlah pondasi yang selama ini dibangun, selain pengkultusan yang juga akan hilang begitu saja, sebuah penghormatan tinggi kepada kiai.
Berkembangnya dugaan bahwa ini terjadi karena tradisi Islam yang ada juga masih menimbulkan pertanyaan, karena Islam bukan lahir di Indonesia tetapi tersebar sampai ke negara ini. Maka, kemudian yang terjadi adalah bahwa Islam mengelaborasikan diri terhadap tradisi bangsa ini dengan meng-Islam-kan beberapa diantaranya. Persinggungan inipun menjadi sebuah masalah, bukan hanya karena belum berhasilnya menghilangkan rasa ketradisian yang asli, tetapi juga pada sebuah pertanyaan apakah sebuah tradisi Islam yang ada adalah tradisi asli dari bangsa Arab? atau jangan-jangan sudah terakulturasi dengan budaya Gujarat?. Hal ini menjadi sebuah pemikiran serius tersendiri dalam mencapai sebuah kebenaran.
Lebih lanjut, konstruksi pemikiran yang ada sejatinya haruslah dihapuskan jika memang mau membahas konsep Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah dengan lebih komprehensip. Kalau tidak, yang ada adalah stempelisasi. Pemurtadan terhadap ideologi yang ada, karena mengutak-atik yang dianggap tak akan bersalah dan tak dapat disalahkan. Pemahaman yang sejati tentang makna Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah dan perdebatannya memang diakui haruslah dimulai dari sebuah asumsi bahwa ia adalah sebuah Manhaj al-Fikr (metode berpikir), bukan madzab yang berkarakteristik sebagaimana di atas.